MAKALAH
THEOLOGI HINDU KAHARINGAN II
TENTANG PENCIPTAAN MANUSIA
Disusun Oleh : Kelompok III
NO
|
NAMA
|
NIM
|
JURUSAN/JENJANG
|
SEMESTER
|
1
|
SUJA BITNA
|
12 00 055
|
PEND.AG.HINDU/S-1
|
IV
|
2
|
WAHYUTRI
|
12 00 070
|
PEND.AG.HINDU/S-1
|
IV
|
3
|
DERINAWATI
|
12 00 069
|
PEND.AG.HINDU/S-1
|
IV
|
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
TAMPUNG PENYANG (STAHN-TP)
PALANGKA RAYA
2014
KATA PENGANTAR
Om Swasti Astu,
Tabe salamat lingu nalatai salam
sujud karendem malempang.
Atas berkat dan rahmat Ranying Hatalla Langit Tuhan yang
maha esa, dalam waktu yang cukup lama penulis berusaha menyelesaikan Makalah
ini tepat pada waktunya untuk melengkapi tugas mata kuliah Theologi Hindu
Kaharingan II.
Penulis
menyadari atas keterbatasan kemampuan, pengetahuan yang masih jauh dari sisi
sempurna karena itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik yang
konstruktif dari semua pihak baik
mahasiswa maupun dosen yang bersangkutan agar menjadi motorik demi terciptanya
pendidikan yang bermutu dilingkungan kampus kita ini dan dilingkungan
masyarakat luas sana.
Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Om Shanty, Shanty, Shanty Om.
Sahey
Palangka Raya,
...... November 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hindu dikenal sebagai agama tertua yang
ada di dunia. Dalam kontek Hindu di Indonesia ada bermacam-macam kepercayaan
yang memilih Hindu sebagai payungnya. Seperti halnya, Kaharingan yang merupakan
kepercayaan asli suku Dayak yang juga mengintegrasikan diri dengan Hindu
menjadi agama Hindu Kaharingan.
Agama Helu atau Kaharingan sebagai keyakinan atau kepercayaan asli suku
dayak yang ada di Kalimantan. Agama Hindu Kaharingan berusaha untuk mampu
mensejajarkan dengan agama-agama lainnya. Sebagai sebuah agama, Hindu Kaharigan
juga memiliki sebuah pedoman yang menjadi dasar pegangan umat Hindu Kaharingan
yaitu kitab suci Panaturan yang menuturkan tentang proses penciptaan alam
semesta beserta segala isinya, para malaikat atau dewa serta fungsinya bagi
manusia dan juga tidak terlepas bagaimana proses penciptaan manusi itu sendiri,
selain itu juga memuat tentang pokok-pokok ajaran ritual, dan norma-norma yang
diwahyukan oleh Ranying Hatalla.
Dari uraian di atas, maka dalam
penulisan makalah ini penulis membahas tentang proses, dan filosofi penciptaan
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan didalam pembahasan
makalah ini Yaitu:
1.
Bagaimankah
proses penciptaan manusia menurut ajaran agama Hindu Kaharingan?
2.
Bagaimana
filosofi penciptaan manusia dalam ajaran Sarasamucaya?
3.
Seperti
apakah konsep penyatuan Lingga dan Yoni dalalm Hindu?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang
menjadi tujuan penulisan didalam makalah ini yaitu:
1.
Agar
mengetahui proses penciptaan manusia menurut ajaran agama Hindu Kaharingan.
2.
Agar
memahami bagaiman filosofi penciptaan manusia dalam ajaran Sarasamucaya.
3.
Agar
memahami konsep penyatuan Lingga dan Yoni dalam Hindu.
1.4 Manfaat Penulisan
Di dalam penulisan makalah ini, penulis
berharap dapat bermanfaat dan berguna di bidang akademisi dan kaum
intelektualitas serta dapat menjadi pengetahuan dan referensi dalam penulisan
makalah selanjutnya mengenai bagaiman proses penciptaan manusia dalam ajaran
agama Hindu Kaharingan dan bagaimana filosofi penciptaan manusia menurut weda.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Proses
Penciptaan Manusia Menurut Ajaran Agama Hindu Kaharingan
Mengenal Raja Bunu sebagai leluhur
atau cikal bakal dari umat manusia yang ada di bumi, belum merupakan pemahaman
menyeluruh bagi umat Hindu Kaharingan. Perjalanan Raja Bunu sebagai cikal bakal
umat manusia belum sepenuhnya terungkap secara gambaing, sehingga umat Hindu
Kaharingan masih banyak yang kurang mengetahui bagaimana proses penciptaan
manusia menurut kitab suci Panaturan atau berdasarkan ajaran Hindu Kaharingan.
Oleh karena itu akan sangat
“nyambung” apabila kita mulai menggali bagaimana sebenarnya proses penciptaan
manusia menurut Panaturan atau ajaran Hindu Kaharingan. Menurut konsep
keyakinan Kristen maupun Islam manusia pertama adalah Adam dan Hawa, kedua
orang inilah yang diyakini sebagai cikal bakal manusia di bumi ini. Namun
doktrin itu berbeda dengan ajaran atau konsep Hindu Kaharingan mengenai proses
penciptaan manusia serta siapa yang merupakan cikal bakal umat manusia di bumi.
Lalu bagaimanakah konsep penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan ?. Proses
penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan dijelaskan dalam kitab suci
Panaturan .
Pada proses penciptaan selanjutnya atas kuasa Ranying Hatala, maka Garing
Lalunjung Pulang dan Kumpang Duhung keluar dari Kayu Erang Tingang dan kejadian
menjadi wujud laki-laki yang diberi nama Manyamei Tunggul Garing Janjahunan
Laut dan yang berwujud perempuan bernama Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan
Limut Batu Kamasan Tambun. Kemudian mereka berdua bertemu dan akhirnya tinggal
bersama. Karena tanpa adanya proses upacara perkawinan, sehingga menyebabkan
Kameluh Putak Bulau mengalami Pajanjuri darahnya (keguguran) yang
berulang-ulang sampai dua belas kali.
Melihat hal demikian, Ranying Hatala memerintahkan Raja Uju Hakanduang
untuk melaksanakan Upacara Perkawinan bagi keduanya sesuai wahyu Ranying Hatala.
Tata cara perkawinan inilah yang menjadi contoh bagi umat Hindu Kaharingan di
dunia. Setelah perkawinan Manyamei Tunggul Garing dilaksanakan maka Kameluh
Putak Bulau hamil dan melahirkan tiga anak laki-laki kembar yang kemudian
diberi nama yaitu Raja Sangen, Raja Sangiang, Raja Bunu.
Dari masa kehamilan sampai saat
melahirkan Manyamei Tunggul Garing dan Kameluh Putak Bulau melakukan
upacara-upacara sesuai dengan yang diperintah oleh Ranying Hatala, seperti
upacara Nyaki Ehet (upacara tujuh bulan bayi dalam kandungan)
hingga upacara Nahunan (upacara pemberian
nama). Upacara-upacara seperti inilah yang dilakukan oleh umat Hindu Kaharingan
hingga sekarang.
Pada waktu kecil Raja Bunu banyak mengalami peristiwa atau permasalahan
hidup dari kedua kakaknya. Raja Sangen dan Raja Sangiang dapat tumbuh sehat
karena memakan Pantar Pinang, namun lain halnya dengan adik mereka. Raja Bunu
tidak dapat memakan Pantar Pinang sehingga sering sakit-sakitan dan
pertumbuhannya terganggu, melihat hal demikian Ranying Hatala melalui Raja Uju
Hakanduang memberikan Behas Manyangen Tingang. Barulah Raja Bunu bisa tumbuh
sehat dan gemuk karena memakan Behas tersebut.
Setelah ketiganya beranjak dewasa, mereka diberikan ujian oleh Ranying
Hatala berupa sepotong besi yang ujungnya timbul dipermukaan air dan ujung
lainnya tenggelam. Pada saat mereka bertiga memegang besi tersebut, kedua
saudara Raja Bunu memegang bagian ujung yang timbul dan Raja Bunu sendiri
memegang ujung yang tenggelam. Hal inilah yang menyebabkan kita sebagai keturunan
Raja Bunu akan mengalami kematian. Sedangkan keturunan kedua saudaranya tidak
akan mengalami kematian.
Selain ujian tersebut masih banyak lagi ujian-ujian yang lain dihadapi oleh
Raja Bunu, namun selalu mendapatkan kegagalan. Sehingga hal inilah yang sudah
ditetapkan oleh Ranying Hatala bahwa Raja Bunu beserta keturunannya untuk
mengisi kehidupan di bumi ini dan akan mengalami proses lahir, hidup, dan mati.
Paparan ini merupakan sebuah pengembangan dari pemahaman yang ada tentang
proses penciptaan manusia pertama. Dimana kemudian Raja Bunu beserta
keturunannyalah yang ditetapkan oleh Ranying Hatala untuk diturunkan dan
menempati Pantai Danum Kalunen yang telah diciptakan Ranying Hatala. Jadi
jelaslah bahwa proses penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan berbeda
dengan ajaran agama-agama lainnya. Setiap umat Hindu Kaharingan idealnya
mengetahui dasar-dasar dari ajarannya, lebih-lebih mengenai proses penciptaan
manusia menurut Panaturan.
2.2 Filosofi penciptaan manusia dalam ajaran Sarasamucaya
1.
Hanacaraka (ada
utusan)
Kelahiran atma dalam wujud
manusia adalah kelahiran utama dari berbagai jenis kelahiran yang lain. Evolusi
atma yang terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat alam surga ( svah loka ), alam neraka (
bvah loka ) dan alam
bumi ( bhur loka), mencapai puncaknya dalam wujud manusia.
Perjalanan atma dalam
permulaan evolusinya dari tumbuhan ke hewan yang berada di alam surga, alam
neraka dan alam bhumi, pada ujung mata rantai evolusi, sebelum mencapi
kesempurnaan sejati, brahman, para atma, baik dari alam surga dan alam neraka,
harus lahir dalam bentuk manusia di alam bhumi.
Upabhogaih parityaktam
naatmaanamavasaadayet, channdaalatvepi maanusyyam sarvvatha taata durlabham, iyam
hi yonih prathamaa yam praapya jagatii pate, aatmaanam shayate traatum
karmabhih shubha laksyannaih. (sarasamushcaya : 3-4 )
“karena itu, janganlah bersedih walaupun hidupmu
tidak bahagia. Berbesar hatilah karena kamu telah mampu lahir sebagai manusia.
Sebab sangatlah sukar untuk lahir menjadi manusia, walaupun yang hina
sekalipun.sungguh-sungguh utama dapat lahir sebagai manusia, karena mampu
menolong dirinya sendiri dari kesengsaraan kelahiran dan kematian yang
berulang-ulang. Demikianlah keunggulan lahir menjadi manusia.”(sarasamushcaya :
3-4 )
Berbeda dengan alam surga,
dimana kesenangan lebih menonjol dari kesedihan dan begitu juga di alam neraka,
kesedihan lebih menonjol dari kesenangan. Baik alam surga maupun alam neraka
tidak menunjang peningkatan kesadaran. Lantas menjadi aneh jika kita mengingini
lahir di alam surga.
Manusia adalah spesies
pilihan. Sehingga manusia disebut caraka atau
utusan. Manusia adalah utusan
brahman, dutaning gusti.
Setiap manusia adalah utusan. I’m the prophet, you are the prophet, we are the
prophet. It’s true.
2.
Datasawala (tidak
bisa mengingkari)
Lahir
dalam wujud manusia, tidak akan mampu mengingkari adanya kama dalam dirinya. Datasawala atau tidak bisa mengingkari
bahwasanya kama adalah
salah satu sifat yang ada dan diperlukan demi untuk perkembang biakan dan mata
rantai evolusi atma-atma yang belum terlahirkan.
Anda
berusaha berkomunikasi semenarik mungkin, anda mengenakan pakaian indah, anda
mematutkan sikap dan kepribadian anda, anda berkarya dalam bidang seni, anda
bekerja siang dan malam, sesungguhnya hampir separuhnya didorong oleh kama.
3.
Padajayanya (
sama-sama jaya/ berimbang)
Padhajayanya artinya sama-sama
jaya, berimbang. Dimana kedua pasangan sama-sama berimbang dan kuat saling
berbagi sepenuh hati. Ketertarikan,
keterpikatan, pada ujungnya akan mengarah pada hubungan sexual sebagai bentuk
penyaluran rasa sayang, rasa ingin memberi satu sama lain, ingin melayani satu
sama lain, ingin memuaskan satu sama lain.
4.
Magabathanga
(menemui/mendapati jasad mati)
Seluruh makhluk merindui
tapi belum mampu menemukan kenikmatan sejati atau moksha tersebut. Ibarat tidak
ada rotan akarpun jadi, fenomena inilah sebenarnya yang tengah berlaku. Bagi
mereka yang telah terbangun spiritualitasnya maupun yang belum, secara
instingtif, semua merindui sensasi kenikmatan sejati tempat asal kita dahulu.
Dan magabathanga, yaitu jika sperma telah dipancarkan dan bertemu dengan
sel telur didalam rahim, maka akan terjadi proses perputaran kembali menujuhanacaraka. Kelahiran jasad manusia baru akan terjadi. Siklus
perputaran ini adalah hukum alam.
2.3 Konsep penyatuan Lingga dan Yoni dalam Hindu
Penciptaan manusia di awali dari penyatuan Lingga dan
Yoni. Para wikan menamakannya 'Yoga Sutra' untuk memberi arti sakral dari
persetubuhan. Bukan hanya terjadi dari proses Kama yang berkeinginan mutlak.
Harus dibekali pengetahuan yang benar dari sastra yang disebut Moksha. Sebab
kekuatan dari yoga sutra akan menciptakan keadaan penambahan materi baru di
bumi yang disebut Artha. Hendaknya ada unsur dari kasih sayang yang disebut
Dharma.
Selanjutnya, yoga sutra hendaknya didasari dari perkataan
yang baik dari pikiran yang baik agar mendapatkan suatu keadaan perbuatan yang
suci dan penuh kebaikan. Untuk menciptakan suputra yang akan membawa
amanah Sang Pencipta agar terjadi evolusi yang berkembang dan meningkat di alam
semesta.
Guna Satwam, Rajas dan Tamas mengikat sang Roh di dalam
tubuh manusia yang tercipta karena dimaterialkan oleh sifat sejati dari ilmu
Tantra. Tubuh yang mengandung empat puluh kadar tubuh, yang paling mulia adalah
logam mulia dan batu mulia. Dalam bentuk murni dari batu mulia adalah Mustika
Dewa. Dalam sejarah manusia hanya Aswatama yang diceritakan mendapat Restu
Mustika Dewa sebab pada jaman Beliau sedang terjadi suatu sejarah Awatara
Krisnha yang turun ke bumi sehingga pandangan para sastrawan menulisnya sebagai
bentuk sastra dalam Weda.
Roh terikat dengan Panca Mahabutha karena ketiga sifat
dasar Triguna. Setelah materi terbentuk sebagai wujud, unsur dari empat puluh
kadar tubuh yang sebenarnya adalah sifat kimia yang ditemukan manusia yang mana
sebenarnya dalam peradaban bangsa Cina telah dikelompokkan sebagai lima elemen
yaitu tanah, air, api, kayu dan logam yang saya sebut sebagai lima elemen bumi.
Sesungguhnya elemen api yang tidak bisa diciptakan dalam proses alam sebab api
adalah dasar dari semua keadaan dan keberadaan. Demikianlah Dewa Brahma yang
menguasai proses penciptaan memulainya dari unsur api. Dewa Wisnu memberinya
zat cair dan Dewa Siwa memberinya ruang. Ruanglah yang tidak terbatas dan
tidak mampu ditembus oleh batas pandangan manusia yang belum sempurna.
Munculah sastra yang disebut Kandha Pat Bhuta yang sebenarnya artinya adalah
kandha = arah, pat = empat, dan bhuta = tidak diketahui ujungnya dan harus
ditembus oleh manusia dengan cara meningkatkan kesadaran dari unsur pencipataan
baik lima elemen spiritual dan lima elemen bumi.
Penopang pergerakan dari semua yang berwujud dan tak
berwujud adalah prana, untuk manusia melalui sinar Antahkarana prana masuk ke
dalam tubuh. Selanjutnya dalam berkembang, prana menjadi lima guna sesuai
dengan berkembangnya Tantra. Para Leluhur dan Guru memberitahu akan maksud dari
adanya prana di alam semesta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada proses penciptaan manusia atas
kuasa Ranying Hatala, maka Garing Lalunjung Pulang dan Kumpang Duhung keluar
dari Kayu Erang Tingang dan kejadian menjadi wujud laki-laki yang diberi nama Manyamei Malinggar Langit (Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut), dan yang berwujud perempuan bernama Kameluh Bajarumat Hintan (Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun).
Mengapa
lahir menjadi manusia dikatakan lebih unggul? Karena hanya dalam wujud
manusia, rwabhineda atau dualitas
(senang-sedih, suka-duka, panas-dingin dll) tersedia dalam kondisi seimbang.
Kondisi seperti ini sangat menunjang peningkatan kesadaran sebagai prasarat
mutlak meraih moksha.
Apah, Teja, Bayu,
Pertiwi dan Akasa adalah Air, Api, Angin, Tanah dan Eter adalah unsur pembentuk
tubuh manusia yang disebut Panca Mahabhuta atau lima elemen spiritual.
3.2 Saran -
saran
Penulis mengharapkan makalah ini dapat menjadi alat yang mampu
menambah wawasan pengetahuan pembaca tentang bagaimana terciptanya seorang
manusia serta dapat memahami maknanya secara filosofis hakekat teori lahir,
hidup, dan mati. Terlahir sebagai manusia
itu, bersyukur saja tidak cukup bahkan
kurang.
DAFTAR PUSTAKA
MB – AHH, 1972. TALATAH
BASARAH (Penuntun Persembahyangan)
LPT – UKU AHK, 2003. Buku Pelajaran
AGAMA HINDU KAHARINGAN untuk tingkat SMP Kelas 1.
Nila Riwut, 2003, Maneser
Panatau Tatu Hiang (Menyelami Kekayaan Leluhur). Yogyakarta, Pusakalima
MB
– AHK, 2006, PANATURAN (Pasal 4 ; 14)
Kitab
Sarasamuscaya, 3-4
http://rid755.wordpress.com di unggah pada tgl Rabu, 12 Maret
2014-03-12
http://www.dharmagiriutama.org/tantra.html di unggah pada tgl Rabu, 12 Maret
2014-03-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar