Penayangan bulan lalu

HOME

Rabu, 22 Oktober 2014

MAKALAH THEOLOGI HINDU KAHARINGAN II TENTANG PENCIPTAAN MANUSIA

MAKALAH
 THEOLOGI HINDU KAHARINGAN II

TENTANG PENCIPTAAN MANUSIA



Disusun Oleh : Kelompok III

NO
NAMA
NIM
JURUSAN/JENJANG
SEMESTER
1
SUJA BITNA
12 00 055
PEND.AG.HINDU/S-1
IV
2
WAHYUTRI
12 00 070
PEND.AG.HINDU/S-1
IV
3
DERINAWATI
12 00 069
PEND.AG.HINDU/S-1
IV



SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
TAMPUNG PENYANG (STAHN-TP)
PALANGKA RAYA
2014


KATA PENGANTAR

Om Swasti Astu,
Tabe salamat lingu nalatai salam sujud karendem malempang.

Atas berkat dan rahmat Ranying Hatalla Langit Tuhan yang maha esa, dalam waktu yang cukup lama penulis berusaha menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya untuk melengkapi tugas mata kuliah Theologi Hindu Kaharingan II.
            Penulis menyadari atas keterbatasan kemampuan, pengetahuan yang masih jauh dari sisi sempurna karena itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik yang konstruktif dari semua pihak  baik mahasiswa maupun dosen yang bersangkutan agar menjadi motorik demi terciptanya pendidikan yang bermutu dilingkungan kampus kita ini dan dilingkungan masyarakat luas sana.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Om Shanty, Shanty, Shanty Om.
 Sahey





Palangka Raya, ...... November 2013



Penulis




DAFTAR ISI




BAB I

PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang

Hindu dikenal sebagai agama tertua yang ada di dunia. Dalam kontek Hindu di Indonesia ada bermacam-macam kepercayaan yang memilih Hindu sebagai payungnya. Seperti halnya, Kaharingan yang merupakan kepercayaan asli suku Dayak yang juga mengintegrasikan diri dengan Hindu menjadi agama Hindu Kaharingan.
Agama Helu atau Kaharingan sebagai keyakinan atau kepercayaan asli suku dayak yang ada di Kalimantan. Agama Hindu Kaharingan berusaha untuk mampu mensejajarkan dengan agama-agama lainnya. Sebagai sebuah agama, Hindu Kaharigan juga memiliki sebuah pedoman yang menjadi dasar pegangan umat Hindu Kaharingan yaitu kitab suci Panaturan yang menuturkan tentang proses penciptaan alam semesta beserta segala isinya, para malaikat atau dewa serta fungsinya bagi manusia dan juga tidak terlepas bagaimana proses penciptaan manusi itu sendiri, selain itu juga memuat tentang pokok-pokok ajaran ritual, dan norma-norma yang diwahyukan oleh Ranying Hatalla.
Dari uraian di atas, maka dalam penulisan makalah ini penulis membahas tentang proses, dan filosofi penciptaan manusia.


1.2       Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan didalam pembahasan makalah ini Yaitu:
1.         Bagaimankah proses penciptaan manusia menurut ajaran agama Hindu Kaharingan?
2.         Bagaimana filosofi penciptaan manusia dalam ajaran Sarasamucaya?
3.         Seperti apakah konsep penyatuan Lingga dan Yoni dalalm Hindu?

1.3       Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan didalam makalah ini yaitu:
1.         Agar mengetahui proses penciptaan manusia menurut ajaran agama Hindu Kaharingan.
2.         Agar memahami bagaiman filosofi penciptaan manusia dalam ajaran Sarasamucaya.
3.         Agar memahami konsep penyatuan Lingga dan Yoni dalam Hindu.

1.4       Manfaat Penulisan

Di dalam penulisan makalah ini, penulis berharap dapat bermanfaat dan berguna di bidang akademisi dan kaum intelektualitas serta dapat menjadi pengetahuan dan referensi dalam penulisan makalah selanjutnya mengenai bagaiman proses penciptaan manusia dalam ajaran agama Hindu Kaharingan dan bagaimana filosofi penciptaan manusia menurut weda.


BAB II

PENDAHULUAN

2.1      Proses Penciptaan Manusia Menurut Ajaran Agama Hindu Kaharingan

Mengenal Raja Bunu sebagai leluhur atau cikal bakal dari umat manusia yang ada di bumi, belum merupakan pemahaman menyeluruh bagi umat Hindu Kaharingan. Perjalanan Raja Bunu sebagai cikal bakal umat manusia belum sepenuhnya terungkap secara gambaing, sehingga umat Hindu Kaharingan masih banyak yang kurang mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia menurut kitab suci Panaturan atau berdasarkan ajaran Hindu Kaharingan.
Oleh karena itu akan sangat “nyambung” apabila kita mulai menggali bagaimana sebenarnya proses penciptaan manusia menurut Panaturan atau ajaran Hindu Kaharingan. Menurut konsep keyakinan Kristen maupun Islam manusia pertama adalah Adam dan Hawa, kedua orang inilah yang diyakini sebagai cikal bakal manusia di bumi ini. Namun doktrin itu berbeda dengan ajaran atau konsep Hindu Kaharingan mengenai proses penciptaan manusia serta siapa yang merupakan cikal bakal umat manusia di bumi. Lalu bagaimanakah konsep penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan ?. Proses penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan dijelaskan dalam kitab suci Panaturan .
Pada proses penciptaan selanjutnya atas kuasa Ranying Hatala, maka Garing Lalunjung Pulang dan Kumpang Duhung keluar dari Kayu Erang Tingang dan kejadian menjadi wujud laki-laki yang diberi nama Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan yang berwujud perempuan bernama Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun. Kemudian mereka berdua bertemu dan akhirnya tinggal bersama. Karena tanpa adanya proses upacara perkawinan, sehingga menyebabkan Kameluh Putak Bulau mengalami Pajanjuri darahnya (keguguran) yang berulang-ulang sampai dua belas kali.
Melihat hal demikian, Ranying Hatala memerintahkan Raja Uju Hakanduang untuk melaksanakan Upacara Perkawinan bagi keduanya sesuai wahyu Ranying Hatala. Tata cara perkawinan inilah yang menjadi contoh bagi umat Hindu Kaharingan di dunia. Setelah perkawinan Manyamei Tunggul Garing dilaksanakan maka Kameluh Putak Bulau hamil dan melahirkan tiga anak laki-laki kembar yang kemudian diberi nama yaitu  Raja Sangen, Raja Sangiang, Raja Bunu.
Dari masa kehamilan sampai saat melahirkan Manyamei Tunggul Garing dan Kameluh Putak Bulau melakukan upacara-upacara sesuai dengan yang diperintah oleh Ranying Hatala, seperti upacara Nyaki Ehet (upacara tujuh bulan bayi dalam kandungan) hingga upacara Nahunan (upacara pemberian nama). Upacara-upacara seperti inilah yang dilakukan oleh umat Hindu Kaharingan hingga sekarang.
Pada waktu kecil Raja Bunu banyak mengalami peristiwa atau permasalahan hidup dari kedua kakaknya. Raja Sangen dan Raja Sangiang dapat tumbuh sehat karena memakan Pantar Pinang, namun lain halnya dengan adik mereka. Raja Bunu tidak dapat memakan Pantar Pinang sehingga sering sakit-sakitan dan pertumbuhannya terganggu, melihat hal demikian Ranying Hatala melalui Raja Uju Hakanduang memberikan Behas Manyangen Tingang. Barulah Raja Bunu bisa tumbuh sehat dan gemuk karena memakan Behas tersebut.
Setelah ketiganya beranjak dewasa, mereka diberikan ujian oleh Ranying Hatala berupa sepotong besi yang ujungnya timbul dipermukaan air dan ujung lainnya tenggelam. Pada saat mereka bertiga memegang besi tersebut, kedua saudara Raja Bunu memegang bagian ujung yang timbul dan Raja Bunu sendiri memegang ujung yang tenggelam. Hal inilah yang menyebabkan kita sebagai keturunan Raja Bunu akan mengalami kematian. Sedangkan keturunan kedua saudaranya tidak akan mengalami kematian.
Selain ujian tersebut masih banyak lagi ujian-ujian yang lain dihadapi oleh Raja Bunu, namun selalu mendapatkan kegagalan. Sehingga hal inilah yang sudah ditetapkan oleh Ranying Hatala bahwa Raja Bunu beserta keturunannya untuk mengisi kehidupan di bumi ini dan akan mengalami proses lahir, hidup, dan mati.
Paparan ini merupakan sebuah pengembangan dari pemahaman yang ada tentang proses penciptaan manusia pertama. Dimana kemudian Raja Bunu beserta keturunannyalah yang ditetapkan oleh Ranying Hatala untuk diturunkan dan menempati Pantai Danum Kalunen yang telah diciptakan Ranying Hatala. Jadi jelaslah bahwa proses penciptaan manusia menurut Hindu Kaharingan berbeda dengan ajaran agama-agama lainnya. Setiap umat Hindu Kaharingan idealnya mengetahui dasar-dasar dari ajarannya, lebih-lebih mengenai proses penciptaan manusia menurut Panaturan.











2.2       Filosofi penciptaan manusia dalam ajaran Sarasamucaya

1.         Hanacaraka (ada utusan)
Kelahiran atma dalam wujud manusia adalah kelahiran utama dari berbagai jenis kelahiran yang lain. Evolusi atma yang terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat alam surga ( svah loka ), alam neraka ( bvah loka ) dan alam bumi ( bhur loka), mencapai puncaknya dalam wujud manusia.
 Perjalanan atma dalam permulaan evolusinya dari tumbuhan ke hewan yang berada di alam surga, alam neraka dan alam bhumi, pada ujung mata rantai evolusi, sebelum mencapi kesempurnaan sejati, brahman, para atma, baik dari alam surga dan alam neraka, harus lahir dalam bentuk manusia di alam bhumi.

Upabhogaih parityaktam naatmaanamavasaadayet, channdaalatvepi maanusyyam sarvvatha taata durlabham, iyam hi yonih prathamaa yam praapya jagatii pate, aatmaanam shayate traatum karmabhih shubha laksyannaih. (sarasamushcaya : 3-4 )

“karena itu, janganlah bersedih walaupun hidupmu tidak bahagia. Berbesar hatilah karena kamu telah mampu lahir sebagai manusia. Sebab sangatlah sukar untuk lahir menjadi manusia, walaupun yang hina sekalipun.sungguh-sungguh utama dapat lahir sebagai manusia, karena mampu menolong dirinya sendiri dari kesengsaraan kelahiran dan kematian yang berulang-ulang. Demikianlah keunggulan lahir menjadi manusia.”(sarasamushcaya : 3-4 )
Berbeda dengan alam surga, dimana kesenangan lebih menonjol dari kesedihan dan begitu juga di alam neraka, kesedihan lebih menonjol dari kesenangan. Baik alam surga maupun alam neraka tidak menunjang peningkatan kesadaran. Lantas menjadi aneh jika kita mengingini lahir di alam surga.

Manusia adalah spesies pilihan. Sehingga manusia disebut caraka atau utusan. Manusia adalah utusan brahman, dutaning gusti. Setiap manusia adalah utusan. I’m the prophet, you are the prophet, we are the prophet. It’s true.
2.         Datasawala (tidak bisa mengingkari)
Lahir dalam wujud manusia, tidak akan mampu mengingkari adanya kama dalam dirinya. Datasawala atau tidak bisa mengingkari bahwasanya kama adalah salah satu sifat yang ada dan diperlukan demi untuk perkembang biakan dan mata rantai evolusi atma-atma yang belum terlahirkan. 
Anda berusaha berkomunikasi semenarik mungkin, anda mengenakan pakaian indah, anda mematutkan sikap dan kepribadian anda, anda berkarya dalam bidang seni, anda bekerja siang dan malam, sesungguhnya hampir separuhnya didorong oleh kama.
3.         Padajayanya ( sama-sama jaya/ berimbang)
Padhajayanya artinya sama-sama jaya, berimbang. Dimana kedua pasangan sama-sama berimbang dan kuat saling berbagi sepenuh hati. Ketertarikan, keterpikatan, pada ujungnya akan mengarah pada hubungan sexual sebagai bentuk penyaluran rasa sayang, rasa ingin memberi satu sama lain, ingin melayani satu sama lain, ingin memuaskan satu sama lain.
4.         Magabathanga (menemui/mendapati jasad mati)
Seluruh makhluk merindui tapi belum mampu menemukan kenikmatan sejati atau moksha tersebut. Ibarat tidak ada rotan akarpun jadi, fenomena inilah sebenarnya yang tengah berlaku. Bagi mereka yang telah terbangun spiritualitasnya maupun yang belum, secara instingtif, semua merindui sensasi kenikmatan sejati tempat asal kita dahulu.
Dan magabathanga, yaitu jika sperma telah dipancarkan dan bertemu dengan sel telur didalam rahim, maka akan terjadi proses perputaran kembali menujuhanacaraka. Kelahiran jasad manusia baru akan terjadi. Siklus perputaran ini adalah hukum alam.

2.3       Konsep penyatuan Lingga dan Yoni dalam Hindu

Penciptaan manusia di awali dari penyatuan Lingga dan Yoni. Para wikan menamakannya 'Yoga Sutra' untuk memberi arti sakral dari persetubuhan. Bukan hanya terjadi dari proses Kama yang berkeinginan mutlak. Harus dibekali pengetahuan yang benar dari sastra yang disebut Moksha. Sebab kekuatan dari yoga sutra akan menciptakan keadaan penambahan materi baru di bumi yang disebut Artha. Hendaknya ada unsur dari kasih sayang yang disebut Dharma.
Selanjutnya, yoga sutra hendaknya didasari dari perkataan yang baik dari pikiran yang baik agar mendapatkan suatu keadaan perbuatan yang suci dan penuh kebaikan.  Untuk menciptakan suputra yang akan membawa amanah Sang Pencipta agar terjadi evolusi yang berkembang dan meningkat di alam semesta.
Guna Satwam, Rajas dan Tamas mengikat sang Roh di dalam tubuh manusia yang tercipta karena dimaterialkan oleh sifat sejati dari ilmu Tantra. Tubuh yang mengandung empat puluh kadar tubuh, yang paling mulia adalah logam mulia dan batu mulia. Dalam bentuk murni dari batu mulia adalah Mustika Dewa. Dalam sejarah manusia hanya Aswatama yang diceritakan mendapat Restu Mustika Dewa sebab pada jaman Beliau sedang terjadi suatu sejarah Awatara Krisnha yang turun ke bumi sehingga pandangan para sastrawan menulisnya sebagai bentuk sastra dalam Weda.
Roh terikat dengan Panca Mahabutha karena ketiga sifat dasar Triguna. Setelah materi terbentuk sebagai wujud, unsur dari empat puluh kadar tubuh yang sebenarnya adalah sifat kimia yang ditemukan manusia yang mana sebenarnya dalam peradaban bangsa Cina telah dikelompokkan sebagai lima elemen yaitu tanah, air, api, kayu dan logam yang saya sebut sebagai lima elemen bumi. Sesungguhnya elemen api yang tidak bisa diciptakan dalam proses alam sebab api adalah dasar dari semua keadaan dan keberadaan. Demikianlah Dewa Brahma yang menguasai proses penciptaan memulainya dari unsur api. Dewa Wisnu memberinya zat cair dan Dewa Siwa memberinya ruang. Ruanglah yang tidak terbatas dan tidak  mampu ditembus oleh batas pandangan manusia yang belum sempurna. Munculah sastra yang disebut Kandha Pat Bhuta yang sebenarnya artinya adalah kandha = arah, pat = empat, dan bhuta = tidak diketahui ujungnya dan harus ditembus oleh manusia dengan cara meningkatkan kesadaran dari unsur pencipataan baik lima elemen spiritual dan lima elemen bumi.
Penopang pergerakan dari semua yang berwujud dan tak berwujud adalah prana, untuk manusia melalui sinar Antahkarana prana masuk ke dalam tubuh. Selanjutnya dalam berkembang, prana menjadi lima guna sesuai dengan berkembangnya Tantra. Para Leluhur dan Guru memberitahu akan maksud dari adanya prana di alam semesta.


BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Pada proses penciptaan manusia atas kuasa Ranying Hatala, maka Garing Lalunjung Pulang dan Kumpang Duhung keluar dari Kayu Erang Tingang dan kejadian menjadi wujud laki-laki yang diberi nama Manyamei Malinggar Langit (Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut), dan yang berwujud perempuan bernama Kameluh Bajarumat Hintan (Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun).
Mengapa lahir menjadi manusia dikatakan lebih unggul? Karena hanya dalam wujud manusia, rwabhineda atau dualitas (senang-sedih, suka-duka, panas-dingin dll) tersedia dalam kondisi seimbang. Kondisi seperti ini sangat menunjang peningkatan kesadaran sebagai prasarat mutlak meraih moksha.
Apah, Teja, Bayu, Pertiwi dan Akasa adalah Air, Api, Angin, Tanah dan Eter adalah unsur pembentuk tubuh manusia yang disebut Panca Mahabhuta atau lima elemen spiritual.

3.2       Saran - saran

Penulis mengharapkan makalah ini dapat menjadi alat yang mampu menambah wawasan pengetahuan pembaca tentang bagaimana terciptanya seorang manusia serta dapat memahami maknanya secara filosofis hakekat teori lahir, hidup, dan mati. Terlahir sebagai manusia itu, bersyukur saja tidak cukup bahkan kurang.

DAFTAR PUSTAKA


MB – AHH, 1972. TALATAH BASARAH (Penuntun Persembahyangan)

LPT – UKU AHK, 2003. Buku Pelajaran AGAMA HINDU KAHARINGAN untuk tingkat SMP Kelas 1.

Nila Riwut, 2003, Maneser Panatau Tatu Hiang (Menyelami Kekayaan Leluhur). Yogyakarta, Pusakalima

MB – AHK, 2006, PANATURAN (Pasal 4 ; 14)

Kitab Sarasamuscaya, 3-4

http://rid755.wordpress.com di unggah pada tgl Rabu, 12 Maret 2014-03-12

http://www.dharmagiriutama.org/tantra.html di unggah pada tgl Rabu, 12 Maret 2014-03-12

Tidak ada komentar: