Penayangan bulan lalu

HOME

Rabu, 22 Oktober 2014

TUGAS ACARA AGAMA HINDU KAHARINGAN TENTANG BIDIAN NGAPER NGUREU

TUGAS
ACARA AGAMA HINDU KAHARINGAN TENTANG
BIDIAN NGAPER NGUREU


NAMA                                      :         SUJA BITNA
NIM                                          :         12 00 055
SEMESTER                              :         IV (Genap)
JURUSAN/JENJANG             :         PEND. AGAMA HINDU/S-1
  MATA KULIAH                      :         ACARA AGAMA HINDU     KAHARINGAN II







SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
TAMPUNG PENYANG (STAHN-TP)
PALANGKA RAYA
2014


Upacara Kehamilan di Desa Hurung-Enep
Bidian Ngaper Ngureu

Setelah kandungan seorang ibu telah berumur 3 bulan, maka akan dilaksanakan Balian Ngaper Ngureu yang maknanya adalah untuk menghindarkan seorang ibu yang sedang mengandung tersebut dari sesuatau yang dapat mengganggu baik penggangu yang kasat mata misalnya kecelakaan yang dapat menyebabkan ibu tersebut keguguran serta pengganggu yang sifatnya fisikli sekali misalnya penyakit dan lain-lain juga dalam keadaan yang tidak kasat mata yaitu hal-hal yang bersifat hukum alam serta sesuatu yang sifatnya mistis.
Pada balian pertama ini tidak memerlukan biaya bahan dan alat yang cukup besar karena bahan dan alat yang akan digunakan hanya memakai kayu tertentu dihutan misalnya kayu jenis buah yang tidak pernah gagal dalam musim berbuah, namun ketika anak yang dikandung itu lahir dengan selamat maka disitulah akan memakan biaya lumayan besar yang dilaksanakan berbarengan dengan pelaksanaan Makan Tonoi yaitu Balian Ngajawata Uro.
Didalam rumah yang bersangkutan didirikan sebuah miniatur rumah yang terbuat dari kayu sejenis lengkuas namanya kayu puai dan mempunyai empat tihang didalam miniatur rumah tersebut dibikin sebuah sempatung (patung yang terbuat dari kayu) dan sempatung tersebut dibuat menyerupai seekor ikan haruan, siput, kepiting berbagai jenis. Dan disana pula dibuat sebuah sempatung yang menyerupai kucing karena ada jenis kucing yang bisa memakan anaknya sendiri (Busang) hakekatnya adalah agar seorang tersebut bisa lahir dengan selamat. Ketika acara pada malam hari bidian (balian) tidak boleh diadakan pada siang hari karena kalau sampai dilaksanakan pada siang hari itu menandakan sakit penyakit yang sangat parah sekali, didalam miniatur rumah tersebut ibu hamil harus memasukinya disitu ia akan disucikan memakai telur ayam kampung agar tidak mempengaruhi seorang terhadap kegiatan ayahnya atau juga ibunya disebut alut apoi (pahingen).
Secara etimologi makan adalah memberi atau juga mengisi energi dan kontek yang lebih luas merupakan berbagi, sedangkan Tonoi adalah roh nafas yang menyertai dan menjaga janin seorang ibu dari pertama hingga waktunya di lahirkan.
Jadi makan tonoi adalah upacara umat Hindu Kaharingan yang di laksanakan waktu bayi tersebut genap berumur 40 hari setelah di lahirkan agar bayi tersebut bisa dibawa keluar rumah dan terlepas dari segala bentuk pali.
Didesa  Hurung-Enep kec.lahei Kab. Barito Utara terdapat benang merah dengan umat Hindu Kaharingan pada umumnya yang percaya bahwa setiap umat manusia memiliki penjaga tersendiri (sahur parapah). Artinya seorang anak begitu lahir telah memiliki pengawal masing-masing yang bertugas melindungi.
Ada mantra suci dalam pelaksanaan upacara tersebut yang mengatakan “ sele nu tonoi tane, kuyang kayo, lia solai, toje balakosek, de kon tau nyapo nudung ngiring ngintai ngaduh ngitung”. Untuk lahir dan bernafas didalam dunia terang yang penuh tantangan rintangan dan cobaan ini kita memerlukan teman atau sahabat yang bisa memayungi kita dari terik sinar matahari dan hujan, yang bisa memberi kita rasa aman sekaligus tempat bertaduh, mengiringi mengintai dan memperhatikan kita selayaknya kita didalam kandungan ibu kita.
Pada waktu yang pagi-pagi sekali sekitar pukul 5:30 atau sebelum lalat beterbangan maka 8 buah lamang yang diikat menjadi satu dengan 1 ekor ayam yang sudah dimasak itu ditempatkan didepan pintu rumah yang bersangkutan dan diperuntukan kepada Lia Solai, kemudian untuk Tonoi adalah 2 buah lamang dan 1 ekor ayam yang sudah dimasak dan diletakkan di atas talam (baca hindu, Dulangan tempat sajen). Dan sebelum di upacarai seorang anak tersebut harus dimandikan terlebih dahulu agar benar-benar terlepas  dari suasana pali.
Lia solai merupakan dewa atau Juus Tuha Alah Talla yang bertugas untuk menjaga seorang ibu tersebut ketika ketika hendak melahirkan agar terhindar dari segala bentuk roh jahat, misalnya roh jahat yang sering kita wujudkan seperti kuntilanak yang bermomok seram dan suka menggangu ibu yang hendak melahirkan, burung gagak serta burung hantu.
Tonoi (saudara tunggal bayi tersebut) sebenarnya adalah ari-ari atau tambuni yang membantu seorang bayi tersebut dilahirkan dan saudara bayi tersebutlah yang akan memberitahukan jejak langkah bayi itu kepada tanah jika bayi itu hendak menginjakkan kakinya di tanah dan seterusnya (sumber kandong Buslen).
Sedikit rahasia tersebut di atas juga akan berbuat sama jika kita hendak berbuat menyimpang maka Tonoi tersebutlah yang pertama yang akan membinasakan kita diantaranya jika kita ingin berbuat jinah dengan orang apalagi dengan keluarga sendiri.
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan makan tonoi
No
Benda
volume
1
Bahalai
1 buah
2
Piring polos
1 buah
3
Mangkok
1 buah
4
Talam
1 buah
5
Pangaduduk (pandudus)
1 buah (lengkap)
6
Lamang
10 buah
7
Ayam
2 buah
8
Garu/dupa
secukupnya
9
Beras putih untuk manawur
secukupnya
10
Tampung tawar
Secukupnya
11
Beras hambaruan
8 biji

Tempat
Desa Hurung-Enep Kecamatan Lahei Kabupaten Barito-Utara Kalimantan Tengah
Narasumber
1.    Supianto (MK-AHK) Desa Hurung-Enep
2.    Buslen (Kandong/Rohaniawan) Desa Hurung-Enep
3.    Mauk (Bidan Tradisional) Desa Hurung-Enep
4.    Mala (Bidan Tradisional) Desa Hurung-Enep

Tidak ada komentar: