TUGAS
ACARA AGAMA
HINDU KAHARINGAN TENTANG
BIDIAN NGAPER
NGUREU
NAMA : SUJA BITNA
NIM : 12 00 055
SEMESTER : IV (Genap)
JURUSAN/JENJANG : PEND.
AGAMA HINDU/S-1
MATA KULIAH : ACARA AGAMA HINDU KAHARINGAN II
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
TAMPUNG PENYANG (STAHN-TP)
PALANGKA RAYA
2014
Upacara Kehamilan di
Desa Hurung-Enep
Bidian
Ngaper Ngureu
Setelah kandungan seorang ibu telah
berumur 3 bulan, maka akan dilaksanakan Balian
Ngaper Ngureu yang maknanya adalah untuk menghindarkan seorang ibu yang
sedang mengandung tersebut dari sesuatau yang dapat mengganggu baik penggangu
yang kasat mata misalnya kecelakaan yang dapat menyebabkan ibu tersebut
keguguran serta pengganggu yang sifatnya fisikli sekali misalnya penyakit dan
lain-lain juga dalam keadaan yang tidak kasat mata yaitu hal-hal yang bersifat
hukum alam serta sesuatu yang sifatnya mistis.
Pada balian pertama ini tidak memerlukan
biaya bahan dan alat yang cukup besar karena bahan dan alat yang akan digunakan
hanya memakai kayu tertentu dihutan misalnya kayu jenis buah yang tidak pernah
gagal dalam musim berbuah, namun ketika anak yang dikandung itu lahir dengan
selamat maka disitulah akan memakan biaya lumayan besar yang dilaksanakan
berbarengan dengan pelaksanaan Makan
Tonoi yaitu Balian Ngajawata Uro.
Didalam rumah yang bersangkutan
didirikan sebuah miniatur rumah yang terbuat dari kayu sejenis lengkuas namanya
kayu puai dan mempunyai empat tihang didalam miniatur rumah tersebut dibikin
sebuah sempatung (patung yang terbuat dari kayu) dan sempatung tersebut dibuat
menyerupai seekor ikan haruan, siput, kepiting berbagai jenis. Dan disana pula
dibuat sebuah sempatung yang menyerupai kucing karena ada jenis kucing yang
bisa memakan anaknya sendiri (Busang) hakekatnya adalah agar seorang tersebut
bisa lahir dengan selamat. Ketika acara pada malam hari bidian (balian) tidak
boleh diadakan pada siang hari karena kalau sampai dilaksanakan pada siang hari
itu menandakan sakit penyakit yang sangat parah sekali, didalam miniatur rumah
tersebut ibu hamil harus memasukinya disitu ia akan disucikan memakai telur
ayam kampung agar tidak mempengaruhi seorang terhadap kegiatan ayahnya atau
juga ibunya disebut alut apoi (pahingen).
Secara etimologi makan adalah memberi
atau juga mengisi energi dan kontek yang lebih luas merupakan berbagi,
sedangkan Tonoi adalah roh nafas yang menyertai dan menjaga janin seorang ibu
dari pertama hingga waktunya di lahirkan.
Jadi
makan tonoi adalah upacara umat Hindu Kaharingan yang di laksanakan waktu bayi
tersebut genap berumur 40 hari setelah di lahirkan agar bayi tersebut bisa
dibawa keluar rumah dan terlepas dari segala bentuk pali.
Didesa Hurung-Enep kec.lahei Kab. Barito Utara
terdapat benang merah dengan umat Hindu Kaharingan pada umumnya yang percaya
bahwa setiap umat manusia memiliki penjaga tersendiri (sahur parapah). Artinya
seorang anak begitu lahir telah memiliki pengawal masing-masing yang bertugas
melindungi.
Ada
mantra suci dalam pelaksanaan upacara tersebut yang mengatakan “ sele nu tonoi tane, kuyang kayo, lia solai,
toje balakosek, de kon tau nyapo nudung ngiring ngintai ngaduh ngitung”. Untuk
lahir dan bernafas didalam dunia terang yang penuh tantangan rintangan dan
cobaan ini kita memerlukan teman atau sahabat yang bisa memayungi kita dari
terik sinar matahari dan hujan, yang bisa memberi kita rasa aman sekaligus
tempat bertaduh, mengiringi mengintai dan memperhatikan kita selayaknya kita
didalam kandungan ibu kita.
Pada
waktu yang pagi-pagi sekali sekitar pukul 5:30 atau sebelum lalat beterbangan
maka 8 buah lamang yang diikat menjadi satu dengan 1 ekor ayam yang sudah
dimasak itu ditempatkan didepan pintu rumah yang bersangkutan dan diperuntukan
kepada Lia Solai, kemudian untuk Tonoi adalah 2 buah lamang dan 1 ekor ayam
yang sudah dimasak dan diletakkan di atas talam (baca hindu, Dulangan tempat
sajen). Dan sebelum di upacarai seorang anak tersebut harus dimandikan terlebih
dahulu agar benar-benar terlepas dari
suasana pali.
Lia
solai merupakan dewa atau Juus Tuha Alah Talla yang bertugas untuk menjaga
seorang ibu tersebut ketika ketika hendak melahirkan agar terhindar dari segala
bentuk roh jahat, misalnya roh jahat yang sering kita wujudkan seperti
kuntilanak yang bermomok seram dan suka menggangu ibu yang hendak melahirkan,
burung gagak serta burung hantu.
Tonoi
(saudara tunggal bayi tersebut) sebenarnya adalah ari-ari atau tambuni yang
membantu seorang bayi tersebut dilahirkan dan saudara bayi tersebutlah yang
akan memberitahukan jejak langkah bayi itu kepada tanah jika bayi itu hendak
menginjakkan kakinya di tanah dan seterusnya (sumber kandong Buslen).
Sedikit
rahasia tersebut di atas juga akan berbuat sama jika kita hendak berbuat
menyimpang maka Tonoi tersebutlah yang pertama yang akan membinasakan kita
diantaranya jika kita ingin berbuat jinah dengan orang apalagi dengan keluarga
sendiri.
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan makan tonoi
|
||
No
|
Benda
|
volume
|
1
|
Bahalai
|
1
buah
|
2
|
Piring
polos
|
1
buah
|
3
|
Mangkok
|
1
buah
|
4
|
Talam
|
1
buah
|
5
|
Pangaduduk
(pandudus)
|
1
buah (lengkap)
|
6
|
Lamang
|
10
buah
|
7
|
Ayam
|
2
buah
|
8
|
Garu/dupa
|
secukupnya
|
9
|
Beras
putih untuk manawur
|
secukupnya
|
10
|
Tampung
tawar
|
Secukupnya
|
11
|
Beras
hambaruan
|
8
biji
|
Tempat
Desa
Hurung-Enep Kecamatan Lahei Kabupaten Barito-Utara Kalimantan Tengah
Narasumber
1. Supianto
(MK-AHK) Desa Hurung-Enep
2. Buslen
(Kandong/Rohaniawan) Desa Hurung-Enep
3. Mauk
(Bidan Tradisional) Desa Hurung-Enep
4. Mala
(Bidan Tradisional) Desa Hurung-Enep
Tidak ada komentar:
Posting Komentar