Penayangan bulan lalu

HOME

Rabu, 25 Februari 2015

NOMOPHOBIA (NO MOBILE PHONE PHOBIA) PENYAKIT BARU AKIBAT PERBUATAN KONSUMTIF UMAT MANUSIA

Ketika itu saya baru saja tertidur pulas, tiba-tiba hp saya berdering. Saya sangat yakin bahwa telfon itu adalah dari pacar saya. Dengan perasaan yang sudah setengah tertidur, lalu dengan perasaan percaya diri langsung saya ambil hp saya yang setiap harinya saya letakkan persis di sebelah kuping saya (maklum, kalo tidur keseringan kaya’ orang mati. Susah dibangunin) dan langsung bilang, “Ya sayang…”. kemudian suara yang sedikit serak justru terdengar di telinga saya, “Pala mu peang, sayang sayang..!! Ini Papa!!”. Saya pun secara spontan langsung bangun dengan perasaan kaget setengah mati, karena yang menelfon adalah bapak saya yang mau kasih tau sesuatu hal yang penting waktu itu.

Pengalaman saya tersebut mungkin pernah anda alami. Mungkin karena takut doi nelfon sehingga anda merasa ketakutan untuk jauh dari perangkat komunikasi nirkabel (handphone/smartphone). Sebelum mengenal Nomophobia, yang jelas bukan nama makanan, rerumputan, pepohonan, apalagi nama hewan. Tapi mungkin anda bisa sedikit nalar dari contoh kasus saya sendiri di atas. Untuk lebih detailnya,

Apa itu Nomophobia?

Nomophobia adalah perasaan ketakutan (phobia) yang tiba-tiba muncul ketika anda tidak bisa mengakses kontak yang terdapat di telepon seluler. Baik itu karena daya baterai habis, tidak ada sinyal, atau kehilangan ponsel. Nomophobia, no-mobile-phone-phobia. Sederhananya adalah rasa takut kehilangan telepon genggam.

Aneh tapi nyata! Itulah faktanya yang mungkin sebagian besar dialami oleh orang-orang yang memiliki ponsel. Ketergantungan terhadap teknologi seakan menjadikan teknologi menjadi dewa, atau bahkan nafas bagi orang yang telah memilikinya. Sekalipun ada faktor lainnya yang menuntut seseorang harus seperti itu, tetapi jika tidak disikapi secara bijaksana, akhirnya dapat membunuh karakter dan mental secara perlahan.

Untuk mengetahui apakah anda termasuk ke dalam kategori yang Nomophobic, berikut ciri-ciri seseorang yang Nomophobia yang saya kutip dari kompas. So, nggak ada salahnya kita kenali tanda-tanda Nomophobic :

1.    Mimpi kehilangan ponsel.
Apakah anda sering mendapat mimpi buruk kehilangan ponsel anda lalu terbangun dengan rasa panik untuk memastikan bahwa ponsel anda masih ada?
2.    Tidur dengan ponsel.
Ada orang yang tidak bisa tidur tanpa meletakkan ponselnya di bawah atau di sebelah bantal.
3.    Terserang rasa panik bila tidak menemukan ponsel.
Jika anda menaruh ponsel di tempat tidur dan tidak bisa menemukannya lagi. Ketika anda sadar bahwa ponsel anda telah hilang, apakah anda bereringat dingin dan merasa tidak dapat berbuat apa-apa? Sedikit panik adalah normal, tapi jika serangan paniknya berlebihan, waspadalah.
4.    Membawa ponsel ke kamar toilet.
Mungkin anda merasa takut mendapatkan panggilan penting yang harus segera anda jawab. Tapi jika tidak benar-benar penting, sebenarnya bisa saja anda bersikap tidak membawa ponsel anda ke dalam toilet kan? Namun jika anda bersikap seperti itu, kebiasaan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam Nomophobic.
5.    Memiliki dua ponsel, atau lebih.
Sebagian orang memiliki dua ponsel untuk berjaga-jaga jika dirinya tidak dapat dihubungi dari ponsel yang satu lagi. Istilahnya, ponsel lainnya digunakan sebagai cadangan. It’s ok, namun jika terlalu khawatir sehingga harus menyimpan satu cadangan, itu adalah hal yang berlebihan.
6.    Mood berubah jelek ketika baterai ponsel menipis.
Banyak orang yang merasa cemas ketika mendapatkan baterai ponselnya hampir habis. Mereka merasa depresi dan kesal karena panik ponselnya akan kehabisan baterai.
7.    Flight Mode.
Apakah anda termasuk seseorang yang segera menyalakan ponsel anda ketika pesawat yang anda naiki mendarat? Ini menunjukkan bahwa anda tidak senang jika tidak terhubung dengan ponsel.

Jika jawaban anda menunjukkan empat dari tujuh tanda di atas, bisa jadi anda menderita Nomophobia. Solusinya adalah dengan melakukan terapi agar anda dapat mengatasi rasa ketergantungan terhadap handphone. Karena bagaimanapun itu segala ketakutan yang berlebihan itu tidak baik.

Sabtu, 07 Februari 2015

KINUT DODOHONG SUKU DAYAK DUSUN MALANG

KINUT DODOHONG SUKU DAYAK DUSUN MALANG
Bebicara Dayak berarti berbicara suku yang ada di Kalimantan, hal ini mengacu kepada tempat tinggal, adat istiadat, cara hidup dan kepercayaan masyarakat Dayak itu sendiri. Agak berbeda memang dengan kebudayaan di daerah/suku-suku bagian Indonesia lainnya.
Suku Dayak menjalani sebagian besar hidupnya di sekitar daerah aliran sungai pedalaman Kalimantan, keterkaitannya dengan sungai dan hutan sangat dekat dan bisa dibilang sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Dayak. Bertahan hidup dengan memanfaatkan hasil hutan, bercocok tanam dan berburu adalah salah satu ketergantungan suku Dayak untuk mempertahankan hidup, berpindah tempat jika tempat (hutan, hasil panen berkurang/tanah tidak subur lagi) sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Secara langsung atapun tidak langsung orang Dayak sangat tergantung pada ekosistem hutan, ketergantungan ini dapat dijelaskan dari kehidupan mereka tentang cara mencari nafkah.       
Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, hutan juga sebagai tempat mencari bahan-bahan upacara kepercayaan mereka/ bahkan dihutan itu sendiri bisa sebagai sarana tempat upacara doa-doa kepercayaan mereka, sebelum mereka mengenal Agama sekarang ini.
Secara umum/ orang yang belum mengenal Dayak dan belum pernah ke Kalimantan, mereka hanya tahu Suku Dayak hanya ada satu jenis yaitu Dayak. Padahal sebenarnya Dayak banyak sekali terdapat Suku-suku. Di Kalimantan ada terdapat sekitar 405 macam Suku Dayak yang memiliki kesamaan sosiologi kemasyarakatan namun berbeda dalam adat-istiadat serta budaya dan bahasa yang digunakan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh terpencarnya masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dan sebagian masyarakat Dayak terpengaruh masuknya kebudayaan luar.
Uniknya lagi setiap suku Dayak memiliki budaya dan ciri khusus pada komunitasnya. Misalnya tradisi memanjangkan telinga yang dilakukan oleh wanita suku Dayak Kenyah, Kayan dan Bahau.
Inilah sekilas tentang Suku Dayak yang ada di Kalimantan, timbal balik antar budaya dan ketergantungan ekonomi masyarakat Dayak disekitar. Sekarang ini masyarakat Dayak sudah banyak yang berkembang baik itu dari segi Pendidikan (SDM), Kehidupan maupun Budaya Dayak itu sendiri.

ETIKA SEBAGAI PEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT DAYAK
Berbicara tentang moralitas merupakan hal yang sangat membuat pusing kepala, karena moralitas tidak hanya sekedar tugas seseorang pemberi nasehat yang hanya sebuah sentuhan kata atau berupa himbauan yang bersifat teoretik yang tidak berbicara sampai upaya pemecahan masalah yang konkret. Etika sebagai sistem pengkajian terhadap moral saja hanya sekedar menyusun sederetan daftar perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan buruk yang harus ditinggalkan. Etika justru menyimpan sifat dasar kritis yang menanyakan landasan argumentatife dari hak yang berlaku yaitu adalah norma, hak perorangan, masyarakat, lembaga masyarakat yang pada saat memberlakukan norma yang harus ditaati oleh orang lain, sehingga orang lain tersebut wajib taat terhadap norma tersebut. Dengan kata lain etika menghantar seseorang untuk bisa bersikap rasional, sadar dan kritis supaya membentuk pendapat pribadi dan bertindak sesuai dengan keyakinan dan kebebasannya, sehingga manusia yang otonom utuh dan bersungguh-sungguh mempertanggungjawabkan pendapat serta pilihan tindakannya.
Konsep moral yang masih berupa nilai dasar umum atau bisa disebut Hitam dan Putih sebab semata-mata hanya berdasarkan hati nurani manusia yang universal. Realitas hidup manusia yang empiric akan "memaksa" konsep moral umum untuk mencari tempat baru.......(sok tau tapi belum tentu tau artinya....heee). Konsep moral umum memerlukan penjabaran kriteria, persoalan yang muncul yaitu apabila dikaitkan dengan analisis Metaetika yang mempertanyakan relevansi etika normative didalam kedudukannya sebagai etika makro. Berbagai pengalaman banyak menunjukkan terjadi kesenjangan, ketika konsep moral umum dipakai ketingkat normative serta dihadapkan pada kasus empiric seolah kehilangan makna apabila terjadi dalam perang/ konplik, karena membunuh musuh adalah menjadi bagian dari kewajiban atau alasan pembelaan diri (seperti kejadian sampit). Persoalan yang baru timbul atas dasar apakah manusia akan dinilai. Kita merasa bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa pedoman, benturan antara kebutuhan terhadap etika normative dan keterbatasan yang mengisyaratkan adanya kaitan metaetika didalam persoalan ini. Persoalan yang akan diselesaikan adalah kelurusan antara konsep moral umum dengan etika nomative serta kasus konkret yang dihadapi. Tidak ada pengetahuan yang pada akhirnya tidak terbentur pertanyaan, apakah sesuatu tindakan manusia itu baik atau buruk, bajik atau jahat.
Semakin maju, semakin kaya sesuatu kebudayaan, semakin banyak persoalan yang kita hadapi, semakin banyak kita dihadapkan pada situasi-situasi baru. Etika pada akhirnya merupakan suatu perencanaan atau strategi menyeluruh yang mengkaitkan daya kekuatan alam dan masyarakat dibidang tanggung jawab manusiawi.
Kesadaran merupakan kondisi yang mencerminkan adanya otonom dalam pengambilan keputusan tindakan setiap manusia. Disini manusia mengatur tingkah lakunya dan penilaian moral berdasarkan hati nurani pribadi. Tingkatan dan tahapan kesadaran huni bersifat komprehensif atau lengkap mencakup seluruh hal yang diperlukan meliputi berbagau latar belakang sosio-kultural dan bersifat kronologi manusia masa usia/ umur manusia.
Nah apa yang telah saya sampai tadi terkait dengan konsidi pada Masyarakat Dayak sekarang ini yang dihadapkan pada modrenisasi dan proses pendewasaan individu.

BAHASA DAYAK
BAHASA INGGRIS
Indonesia is rich with its natural resources, cultures, religions, and tribes. ethics is required to create a mix, but not homogenized society, so that an openess towards the others is of importance requirements. pancasila which consist of the five principles serves as an umbrella for everyone who live in indonesia in order to live all together.

BAHASA INDONESIA 
Indonesia kaya dengan sumber daya alamnya, budaya, agama dan suku bangsa. Etika dibutuhkan untuk membuat suatu pencampuran, tapi bukan sebagai masyarakat yang homogeny tentunya, sehingga keterbukaan terhadap orang lain adalah persyaratan penting. Pancasila yang terdiri dari lima prinsip berfungsi sebagai payung bagi semua orang yang tinggal di Indonesia untuk hidup bersama- sama.

BAHASA DAYAK DUSUN MALANG (HUNGEI LAHEI)
Indonesia tatau tane ranu ne, adat, agama, lukun jalahan suku bangsa ne. Etika hiyo bugunai de gawi padayo, tapi mo degawi masyarakat sa homogeny sapasti ne. sehingga keterbukaan lukun lun lain hiyo persyaratan sa penting. Pancasila sa naan dime prinsip bagunai de jari payung bagi marasia sa muneng tei huang Indonesia de tau welum dadayo.

Ini lah contoh bahasa Dusun Malang :
Hari : Andrau
Ini/Sini : Ti
Makan : Kuman
Minum : Kinum
Mandi : Mandrus
Tidur : Mandre
Kita : Taka
Kamu : Enu
Saya : Khu
Sudah : Haot
Belum : Male
Mau : Kakan
Panas : Malayong
Dingin : Maringin
Pasar : Pakan
Mencuci (baju,celana) : Bojojoh

Mencuci (alat dapur) : Bakakuhau, Bapapu’i

1 : isa
2 : rueh
3 : telu
4 : epat
5 : dime
6 : enem
7 : pitu
8 : walu
9 : suei
10 : supuluh


DAYAK DUSUN MALANG : INDONESIA
Nama Anggota Tubuh
Kuku ; Kuku
Lapak Pe’e ; Telapak Kaki
Empu Pe’e ; ibu kaki
Tunit ; Tumit
Balagasing ; Mata Kaki
Pe’e ; Kaki
Takalou ; Lutut
Sapak/kasapang ;Paha
Popoi ; Pinggul
Langkawang ; Pinggang
Puhet ; Pusar
Sanai ; Perut
Omo’o ; Payudara
Kelek ; Ketiak
Puluke/papale ; Bahu
Diung ; Leher
Beam ; Dagu
Wawa ; Mulut
Lela ; Lidah
Pahu ; Pipi
Mate ; Mata
Kalangup ; Alis
Kirep ; Bulu Mata
Kilinge ; Telinga
Urung ; Hidung
Utek ; Kepala
Balo ; Rambut
Tangan ; Tangan /Penang
Empu Tangan ; Ibu Jari Tangan
Tundru ; Jari Telunjuk
Jari Tengah ; Ingking Botuk
Jari Manis ; Jari Manis
Grik ; Jari Kelingking
Telapak Tangan ; Palat Tangan/Lapak Palat
Hiku ; Siku
Likut ; Belakang
Tama ; Depan/Muka
Rai ; Wajah

Kata Sifat
“Dusun : Indonesia”

Neau ; Melihat /Memandang/menatap
Mangan ; Malu
Kimihi ; Tertawa
Rium ; Senyum
Ririum ; Tersenyum
Nangis ; Menangis
Meraju ; dolo
Mahanang ; Sakit
Tepu ; Patah
Sangit ; Marah
Senga ; Malas
Moyo ; Rajin
Bawa ; Berbicara
Paner ; Ngomong
Songkonis ; Berbisik
Mingkiak ; Berteriak
Kiak ; Teriak/teriakan
Lau ; Lapar
Wising ; Kenyang
Dako ; Mencuri
Malayong ; Panas
Miringin ; Dingin
Matei ; Mati
Welum ; Hidup
Bungkak ; Bengkak
Uwa ; Rendah
Moh ; Tinggi
Loloi ; Mengalir
Mitek ; Menetes
Boto ; busuk
Asuh ; Baik
Da,at ; Kotor /tidak baik/ Jelek
Pangong ; bodoh
Bikiding ; Menecil
Mais ; Kurus
Bonok ; Kurus
Kiding ; Kecil
Gaya ; Besar
Kakan ; Mau
Mo’o  ; Tidak

Kata Kerja
“Dusun : Indonesia”

Malan ; Berjalan
Mandrus ; Mandi
Kapui ; Memasak Nasi
Naruk ;Memasak Sayur/ikan
Mamai ; Memanjat
Huluk ; Masuk
Minau ; Turun
Lempat ; Lari
Mmsit ; Lari /Lompat
Tedot ; Loncat
Kinum ; Minum
Kuman ; Makan
Nyaput ; Nangkap
Nyepak ;Nendang
Nampar ; Jotos
Motong ; Netep
Moka ;Membelah
Mungkas ; Membongkar
Ngukeh/Ngelepak ; Melepas
Mindri ; Berdiri
Maharung ; Duduk
Komong ; Merangkak



Nama Hari
“Dusun : Indonesia”

Mengo ; Minggu
Sanayan ; Senin
Salasa ; Selasa
Arba ; Rabu
Kamis ; Kamis
Jamahat ; Jum’at
Sabtu ; Sabtu

Keadaan Alam
“Dusun : Indonesia”

Uran ; Hujan
Ka’i ; Terik Matahari
Riwut ; Angin
Barat ; Angin yang kencang
Mieng ; Gelap
Tarawa ;Terang
Juhu ; Banjir Bandang
Banjir ; Banjir
Kiwa ; Malam Hari
Karndrau ;Siang Hri

Anggota Keluarga
“Dusun : Indonesia”

Amai/Apah/Abah/ Babah ; Bapak
Inai/Ama/amah/mamah ; Ibu
Tamo ; Paman
Ine ; Bibi
Itak ; Nenek
Kakah ;Kakek
An’i ; Adik
Kaka ; Kaka
Aken ; Ponaka
Ohe /Harau ; Istri
Wane ; Suamis
Opo’o ; Cucu
Sanget ; besan
Nantu ; Menantu


Nama Binatang
“Dusun : Indonesia”

Wawui ; Babi Hutan
Iwek ; Babi Peliharaan
Piak ; Ayam
Kaming ; Kambing
Kerewau ; Kerbau
Using ; Kucing
Tahu ; Anjing
Leso ; Tikus
Palanuk ; Kancil
Biang ; Bruang
Unyang ; Rusa
Parang ; Kijang
Memai ; Tupai
Tetung ; Landak
Munin ; Musang


Jenis Hewan
“Dusun : Indonesia”

Kolou ; Kura-kura
Kotap ; Penyu
Nipe ; Ular
Tangkalasak ; Cicak
Buah ; Buaya
Rimiran ; Bunglon
Nyua ; Kadal
Biliai ; Komodo
Kenah ; Ikan


Kata Tanya
“Dusun : Indonesia”

Tong Awe ; Kemana
Nawe ; Gimana
Ngunau awe ; Bagai Mana
Hye ; Apa
La hye ; Punya Siapa
De Hye ; Untuk Apa
Dela Hye ; Untuk Siapa



BUARABA dan SUJABITNA






Rabu, 04 Februari 2015

UPACARA TIWAH (Antara kebudayaan dan Keagamaan)

UPACARA TIWAH
(Antara kebudayaan dan Keagamaan)

Indonesia dikenal sebagai negara dengan ragam pulau dan kebudayaan. Daya tarik wisatanya terletak pada keindahan alam serta keunikan-keunikan yang dimiliki setiap wilayah di Indonesia. Bangunan bersejarah, keindahan pantai, tari-tarian, makanan khas, ukiran, sampai pada kegiatan masyarakat dalam berbagai acara budaya.  Menurut Koentjaraningrat ,“Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Salah satu hasil kebudayaan yang jarang disoroti melalui media pengkabaran adalah upacara Tiwah yang berasal dari suku Dayak Ngaju di Kalimantan tengah. Upacara Suci Tiwah adalah upacara kematian agama Hindu kaharingan yang dilakukan untuk memimpin liau (arwah) didalam perjalannya menuju lewu liau (tempat peristirahatan/ surga). Lewu liau adalah tempat jiwa dipersatukan dengan nenek moyangnya, dan untuk kedua kalinya memakamkan tulang-tulang orang yang sudah wafat di tempat peristirahatan tetap yang di sebut sandung. 

Tiwah merupakan upacara kematian kedua, karena sebelum dilaksanakanTiwah, ada upacara kematian yang pertama dengan memimpin liau menuju tempat peristirahatan sementara, yaitu di bukit pasahan raung. Pasahan raung adalah tempat pemondokan sementara peti mayat orang yang mati dan biasanya dibuat dihutan yang jauh dari perkampungan. Upacara Tiwah tidak boleh diabaikan karena pengabaiannya akan menyebabkan liau yag bertahan di bukit dan dipercaya dapat mendatangkan bencana bagi keluarga yang masih hidup. Oleh karena itu, suku Dayak Ngaju percaya bahwa orang yang sudah meninggal sangat bergantung dengan keluarganya yang masih hidup. Keluarga yang masih hiduppun bergantung kepada arwah nenek moyang mereka yang dipercayai sewaktu-waktu dapat datang kembali ke dunia untuk berhubungan dengan keluarga yang masih hidup untuk menyampaikan petuah, nasihat, ataupun teguran apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran adat leluhur di dunia, terutama di kalangan keluarga arwah. Bilamana teguran tersebut terjadi maka yang ditegur akan menderita penyakit puji liau (teguran arwah) yang kalau tidak segera dijawab dengan tepat akan menyebabkan kematian.

Dalam kehidupannya suku Dayak Ngaju harus melestarikan budaya dan adat istiadat yang ada, sehingga ketika meninggal, arwahnya akan diterima oleh nenek moyang yang terlebih dahulu pulang ke negeri para arwah atau lewu liau. Apalagi jika ada orang dari suku ini yang meninggal secara tidak wajar, misalnya karena dibunuh, maka dianggap mati secara tidak luhur karena menurut mereka ia mati dengan terpaksa dan belum waktunya untuk mati. Rohnya akan mengalami penderitaan, baik di dunia maupun di akhirat karena ia tidak diberikan tempat. Arwahnya akan bergentayangan di bumi dan di langit dan arwahnya tidak diterima oleh nenek moyang mereka. Oleh karena itu, tidak heran jika orang Dayak Ngaju sangat menghormati dan mentaati adat-istiadatnya serta takut untuk melakukan kejahatan, karena  jika tidak, maka penderitaan di akhirat akan menanti dirinya. Akan tetapi penderitaan tersebut akan dapat diakhiri melalui upacara Tiwah ini.

Jika kita berbicara tentang upacara suci Tiwah secara umum, jelas akan berhubungan dengan Agama Kaharingan atau Agama Helo. Agama Kaharingan adalah agama suku bagi orang dayak yang ada di Kalimantan. Mereka yang menganut kepercayaan tersebut, hidup dalam mitos-mitos yang dibangun berdasarkan kepercayaan yang mereka anut. Kaharingan berasal dari kata haring ditambah dengan awalan ka dan akhiran an, yang kemudian menjadi Kaharingan.  Haring artinya hidup atau bisa juga berarti tumbuh dengan sendirinya. Jadi Kaharingan sama dengan agama yang hidup dan tumbuh berdasarkan pesan Tuhan atau Ranying Hattala Langit melalui perantara para leluhur atau nenek moyang. Kaharingan ada semenjak Ranying Hatalla Langit menciptakan manusia dan mengatur segala sesuatunya agar kelak manusia dapat menuju kehidupan yang sempurna dan abadi. Menurut kepercayaan ini, manusia diciptakan dari tanah milik Ranying Hattala Langit. Mengapa diciptakan berasal dari tanah milik Ranying Hattala Langit, karena jika dari tanah milik manusia di dunia, tanah itu dikatakan tanah sial.
            
Menurut kepercayaan Agama Kaharingan setiap manusia diciptakan atau dilahirkan dari tiga unsur, yaitu unsur yang berasal dari Ranying Hattala Langit, ayah dan ibu secara biologis. Jika salah satu dari ketiga unsur tidak ada, maka kelahiran dianggap tidak sempurna. Setalah manusia itu wafat, maka ketiga unsur tadi diantar oleh Duhung Maha Tandang[1] ke tempat yang telah ditetapkan oleh Ranying Hattala Langit sejak awal.
           
 Tiga tahapan pelaksanaan upacara kematian menurut suku dayak:

Penguburan, menyerahkan arwah yang meninggal kepada kepada Raja Entai Nyahu yang bertugas sebagai penjaga kuburan.
Tantulak Ambun Rutas Matei atau istilah lainnya Mapas pali yaitu untuk menjauhkan keluarga dari arwah yang meninggal dari segala bentuk kesialan dan kematian.
Upacara Suci Tiwah ialah upacara sakral terbesar untuk mengantarkan jiwa dan roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpung Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habasung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh.

            Upacara Suci Tiwah adalah upacara keagamaan, bukan upacara adat yang secara umum dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan. Upacara ini dapat dilaksanakan dengan syarat arwah-arwah yang ditiwahkan itu semasa hidupnya harus beragama Kaharingan. Didalam pelaksanaannya, upacara suci Tiwah diberikan tata adat dan tata cara khusus dengan hikmat dan bersih sebagaimana telah diatur sejak dahulu kala dan sampai sekarang tetap diingat dan dilaksanakan oleh umat Kaharingan. Nilai-nilai keagamaan, budaya maupun sosial yang terkandung di dalamnya, menjadikan Upacara Suci Tiwah sebagai upacara tertinggi dan beresiko tinggi bagi umat Kaharingan. Oleh karena itu, pelaksanaan dan persiapan segala sesuatu harus dilakukan dengan baik dan cermat, karena jika terjadi kekeliruan dalam pelaksanaannya, maka para ahli waris yang ditinggalkan akan menanggung beban berat. Sebagai contoh, jauh dari rezeki di masa mendatang, kesehatan terganggu atau sakit-sakitan, menanggung berbagai kutukan di masa mendatang.

            Tujuan Upacara Suci Tiwah ialah mempersatukan ketiga unsur yaitu unsur Allah (Hatalla), Bapak, Ibu. Upacara ini tidak hanya diperuntukan bagi orang yang mati secara tidak wajar (dibunuh, tabrakan, dll) melainkan untuk semua penganut agama Kaharingan yang meninggal. Jika keluarga dari orang yang meninggal tidak menyelenggarakan upacara suci Tiwah, maka keluarga yang bersangkutan akan hidup dengan kesialan atau hidup di ddalam hukum karma (pali). Contohnya, dalam pendidikan gagal dan hidupnya selalu tertuju dalam hal-hal negatif. Selain itu arwah yang tidak ditiwahkan itu akan tetap tinggal di pulau raung dan akan bergentayangan. Oleh karena itu, upacara suci Tiwah harus dilakukan agar arwah orang yang sduah meninggal dapat mencapai surga atau disebut Lewu Tatau Dia Rumpung Tulang, Rundung Raka Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habasung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau.

            Ditengah kebudayaan Indonesia yang beragam dan begitu kuat ternyata beberapa masyarakat masih membawa tradisi budayanya (agama buminya) kedalam gereja tanpa harus mempertimbangkan apakah sesuai dengan inti ajaran agama Kristen atau tidak. Hal ini terjadi di GKE Eka-Asi Tangkehan yang menyelenggarakan Upacara Suci Tiwah. Umat Kristen adalah persekutuan orang-orang percaya menjadi suatu umat yang mengemban suatu gaya hidup berdasarkan ajaran dan perilaku seorang juruselamat, Yesus Kristus. Persekutuan orang-orang percaya ini biasanya disebut dengan satu istilah yang populer yaitu GEREJA.[2] Sebagai orang-orang kristen yang mengaku percaya, ternyata orang-orang kristen tidak menutup diri terhadap nilai-nilai budayanya, khususnya orang dayak Ngaju yang menjadi jemaat “Gereja Kalimantan Evangelis” (GKE). Tidak dapat dipungkiri pengaruh budaya Kaharingan  masih terlihat di dalam kehidupan bergereja dan berjemaat. Di GKE Eka Asi-Tangkehan, Kalimantan tengah, jemaat kristen masih menyelanggarakan dan melestarikan Upacara Suci Tiwah. Tiwah terakhir diadakan pada tahun 2006 dan diselenggarakan oleh tiga keluarga. 

            Kematian dalam perspektif kristen tidak hanya berbicara tentang definisi kematian atau berbicara  dosa yang sangat berkaitan erat dengan kematian rohani-jasmani melainkan tidak lepas dari sifat dan kuasa Allah.[3] Kematian itu adalah salah satu kenyataan hidup karena dosa juga adalah salah satu kenyataan hidup. Kematian datang karena dosa , Roma 5:12 “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Kematian jasmani hanya sebagian dari akibat dosa. Dosa tidak mempunyai belas kasihan sehingga kita berpisah dari Allah, mengakibatkan manusia memerlukan penebusan, sehingga manusia dapat dibawa kembali kepada cahaya Tuhan. Allah sungguh bekerja bagi kebaikan semua orang yang percaya kepada-Nya Dai telah melihat manusia ketika dihancurkan oleh kejatuhan ke dalam dosa. Manusia tidak mampu datang kembali kepada-Nya, dan oleh sebab itu Allah sendiri yang menghampiri manusia. Inilah arti inkarnasi Yesus Kristus.[4] Siapa yang bisa mengalahkan dosa maut? Hanya Allah. Oleh karena itu,  Dia datang dalam wujud manusia. Bagaimana ia datang? Dia memasuki aliran sejarah manusia untuk menyamakan diriNya dengan manusia. Mengapa Dia datang? Dia berkata bahwa Dia datang untuk memberikan nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang, Markus 10:45 “Karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Secara rohani seorang yang percaya pada Kristus mempunyai hidup yang kekal berdasarkan iman pribadinya pada Dia. Yesus berkata, “Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup, (Yoh. 5:24)”. 

            Upacara Suci Tiwah yang dilaksanakan pada bulan September, tahun 2005 ini dilakukan oleh tiga keluarga. Upacara ini mereka lakukan selain menjadi tradisi masyarakat Dayak Ngaju, juga bertujuan untuk menghantarkan arwah orangtua mereka yang beragama Kaharingan menuju Lewu Tatau untuk mendapatkan kehidupan yang suci dan sempurna. Keyakinan akan adanya keselamatan melalui Upacara Suci Tiwah, menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada arwah orangtua yang selama hidupnya menganut agama Kaharingan, dan inilah yang menjadi salah satu alasan keluarga mereka melaksanakan Upacara Suci Tiwah. Masyarakat menganggap bahwa upacara ini adalah tradisi dan merupakan upacara besar bagi umat Kaharingan. Oleh rasa kebersamaan dan kekerabatan yang tinggi, masyarakat sadar bahwa partisipasi mereka sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara suci Tiwah berlangsung.

            Beberapa faktor diselenggarakan Upacara Suci Tiwah oleh gereja yang didapatkan berdasarkan wawancara dengan beberapa jemaat GKE Eka-Asi Tangkahen adalah:

Kebudayaan 

            Upacara Suci Tiwah adalah kebudayaan suku Dayak Ngaju yang hadir melalui kehadiran Agama Kaharingan. Oleh karena itu, Kaharingan tidak akan dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebudayaan masyarakat suku Dayak Ngaju. Upacara ini terus dilakukan juga dengan alasan untuk melestarikan kebudayaan.

Sosial

            Masyarakat Dayak Ngaju sangat melekat dengan budaya gotong royong. Sebagai contoh, ketika menanam dan musim panen tiba, maka masyarakat Dayak Ngaju saling bergotong-royong untuk membantu keluarga atau kerabatnya. Sama halnya dengan upacar pernikahan dan upacara kematian.

Kewajiban atau tanggung jawab keluarga

            Rasa tanggung jawab yang tinggi menuntut peran yang penting bagi keluarga dalam proses pelaksanaan Upacara Suci Tiwah, diantaranya ialah: biaya yang besar, tanggung jawab terhadap arwah yang ditiwahkan, memerlukan kebersamaan dan rasa sosil yang tinggi karena upacara ini memakan waktu yang cukup lama dan melibatkan banyak orang.

Pendidikan

            Walaupun sudah menganut agama kristen, pengaruh agama Kaharingan yang pernah mereka anut tidak hilang begitu saja. Faktor pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat atau pandangan masyarakat tentang Upacara Suci Tiwah. Walaupun masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan SMP, SMU, sampai S1.

Ekonomi

            Karena upacara Tiwah sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama, banyak masyarakat Suku Dayak yang melakukan  Upacara Suci Tiwah secara koletif, bersama-sama dengan keluarga lainnya. Dengan demikian biaya yang ditanggung lebih ringan.

 Apakah Upacara Suci Tiwah bertentangan dengan Iman Kristen?      
  
         Dalam Tiwah, 2008. Penulis mendapatkan informasi bahwa jemaat yang di GKE Eka-Asi Tangkahen masih memegang adat budaya agama pribuminya, yaitu kaharingan. Berdasarkan informasi yang didapatkan melalui wawancara dan bukti tertulis beberapa jemaat menganut agama Kristen hanya karna ingin melamar pekerjaan seperti pegawai negeri. Jika ingin melamar pekerjaan, pemerintah memberikan syarat ialah harus menganut agama yang diakui oleh Pemerintah. Hal inilah yang menjadi motivasi untuk memeluk agama kristen. Nilai-nilai agama Kaharingan tidak akan bisa hilang dari kehidupan masyarakat Dayak Ngajuk, sekalipun dalam kehidupan bergereja. Kenyataannya bahwa agama Kaharingan telah dahulu hadir didalam hidup suku Dayak Ngaju dan sudah menumbuhkan rasa tanggung jawab akan budaya tersebut. Agama Kristen bisa dikatakan sukses dalam penyebarannya dikalangan masyarakat Dayak Ngaju, karena hampir diseluruh pelosok Kalimantan Tengah didirikan gereja yang disebut Gereja Kalimantan Evangelis. Tetapi walaupun penyebarannya diakui sangat tinggi, namun ajaran yang ada di dlaam agama kristen belum bisa mendarah daging didalam masyarakat Dayak Ngaju. Ini merupakan salah satu fenomena budaya dalam kaitannya dengan agama Kristen.


Daftar Pustaka

http://rid755.wordpress.com/2012/07/page/2/ di akses pada 15 feb 2014, 20.19 wib
http://fauziyah-ziyaazira.blogspot.com/2013/04/upacara-tiwah-suku-dayak.html  di akses pada 15 feb 2014, 20.19 wib
http://www.gunungmaskab.go.id/pariwisata/wisata-budaya/tiwah-2.html di akses pada 15 feb 2014, 20.19 wib
http://budaya-indonesia.org/Tiwah/ di akses pada 15 feb 2014, 20.19 wib
http://www.bimbingan.org/pengertian-budaya-menurut-koentjaraningrat.htm  di akses pada 15 feb 2014, 20.19 wib
Jeniva, Isabella dan David Samiyono. 2008. “Tiwah”. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Press


[1] Duhung mamatandang: Roh halus yang bertugas mengantar roh yang telah meninggal dalam acara Tantulak dan upacara suci Tiwah yang mana dalam acara Tantulak roh tersebut diantar sampai Bukit Nalian Lanting Lewu Rundung Kereng Naliwu Rahan, sedangkan dalam upacara suci Tiwah roh-roh orang yang telah meninggal tersebut diantar ke Lewu Tatau Dia Rumpang Tilang Isen Raja Kamalesu Uhat, dan menggunakan Banama Nyahu untuk mengantar roh tersebut.
[2] Ibid., 124-125 dalam Tiwah
[3] Tiwah., 26
[4] Tiwah., 27


Sumber : http://isbd-alv.blogspot.com/2014/03/upacara-tiwah.html

ARTIKEL. Menonton Upacara Potong Kerbau di Tepian Barito

ARTIKEL
Menonton Upacara Potong Kerbau di Tepian Barito

Ribuan warga dari 31 desa, Jumat (24/7), berjejalan di hamparan terbuka yang dikelilingi rimbun pepohonan hutan Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Akibat sesaknya pengunjung, beberapa orang terlihat duduk di cabang-cabang pohon tak jauh dari tepian Sungai Barito itu.
Fokus perhatian mereka mengarah ke sapundu patugur (Barito Utara), yakni patung kayu ulin berbentuk figur perempuan menggendong anak setinggi sekitar tiga meter yang didirikan di tengah arena terbuka itu. Beberapa orang tampak memasuki gelanggang sambil menuntun seekor kerbau gemuk.

Leher kerbau dikalungi tali sebesar lengan yang terbuat dari jalinan rotan. Ujung tali satunya dikalungkan ke sapundu dengan simpul longgar sehingga jalinan rotan sepanjang lima meteran yang mengikat kerbau tersebut dapat berputar bebas.

Kerbau yang terikat lehernya itu kemudian diarak tujuh kali mengelilingi arena dengan poros sapundu. Warga pun menepi menghindari kerbau sehingga terbentuk lingkaran bebas penonton dengan diameter sekitar 15 meter.

Satu demi satu orang yang bertugas di tengah arena menusukkan badik atau belati panjang ke lambung kerbau. Kerbau pun berlari. Namun, karena lehernya terikat rotan, hewan itu hanya dapat berlari seputar gelanggang.

Di beberapa sudut ada petugas lain yang menikamkan badik. Setelah tertusuk beberapa kali, kerbau itu pun melemah. Larinya gontai. Saat itulah beberapa orang beramai-ramai melemparkan tali rotan berujung simpul hidup untuk menjerat tanduk dan kaki kerbau hingga hewan itu terjerembab. Kerbau tersebut selanjutnya disembelih.

Ritual kematian

Demikianlah acara pengorbanan hewan yang merupakan salah satu rangkaian ritual wara. Menurut Ketua Panitia Ritual Wara Hindu Kaharingan Desa Kalahien Liharfin, wara adalah ritual kematian yang diyakini penganut agama Hindu Kaharingan.

”Berdasarkan kepercayaan agama Hindu Kaharingan, arwah yang sudah di-wara-kan mendapat tempat yang layak di surga,” kata Liharfin yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan ritual tersebut.

Dalam pelaksanaan ritual wara di Desa Kalahien bagi 49 arwah tersebut, disembelih 8 kerbau, 2 sapi, 45 babi, dan 105 ayam. ”Selain itu, ada pula beras, gula, kopi, dan bumbu. Semua itu bisa terkumpul berkat bantuan semua pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Barito Selatan,” kata Liharfin.

Penuturan Ketua Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan Pusat Palangkaraya Rangkap Inau, dalam ritual Hindu Kaharingan, ada tiga peristiwa penting yang diritualkan, yaitu upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian.

”Upacara yang terakhir adalah ritual kematian yang disebut wara atau tiwah. Arti wara adalah pembebasan, penyucian, atau penyempurnaan,” kata Rangkap. Dalam ritual wara atau tiwah ini, tulang leluhur yang terkubur di dalam tanah diangkat dan dipindahkan ke dalam sandung (bangunan serupa rumah panggung berukuran kecil).

Pengamat budaya Dayak, Kardinal Tarung, mengatakan, istilah wara dipakai oleh warga Dayak yang tinggal di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito, sedangkan tiwah lazim digunakan warga Dayak Ngaju yang berdiam di alur DAS Kahayan dan DAS Kapuas.

”Istilahnya memang beda, tapi hakikatnya sama, yaitu ritual mengantarkan arwah leluhur menempati lewu tatau (surga),” kata Kardinal Tarung yang juga Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah Kalteng ini.

Gubernur Kalteng yang juga menjabat Ketua Umum Majelis Adat Dayak Nasional Agustin Teras Narang menyampaikan penghargaan atas terselenggaranya wara di Desa Kalahien tersebut. Berbicara di panggung yang dibangun di lokasi wara, Teras Narang berharap agar ritual untuk para leluhur tersebut dapat lestari.

Sumber :
http://lipsus.kompas.com/indocomtech2013/read/2009/09/14/09163879/menonton.upacara.potong.kerbau.di.tepian.barito

Minggu, 01 Februari 2015

Kandayu (Talatah Basarah) Umat Hindu Kaharingan

Kandayu Manyarah Sangku Tambak Raja

Kandayu manyarah Sangku Tambak Raja adalah sebuah kidung yang menembangkan tentang maksud dan tujuan persembahyangan, penyerahan Sangku beserta dengan isinya kepada Raying Hatala. Tujuannya untuk memohon agar diberikan sinar kekuatanNya bagi kehidupan manusia agar senantiasa mendapatkan bimbingan baik dalam berpikir, berkata dan berbuat. Kandayu manyarah Sangku Tambak Raja adalah sebuah kidung yang menembangkan tentang maksud dan tujuan persembahyangan, penyerahan Sangku beserta dengan isinya kepada Raying Hatala. Tujuannya untuk memohon agar diberikan sinar kekuatanNya bagi kehidupan manusia agar senantiasa mendapatkan bimbingan baik dalam berpikir, berkata dan berbuat.

1.Sangku tambak hai pahalendang
Basuang Behes Parei Manyangen Tingang
Rukun tarahan je giling pinang
Inihang luhing je dandang tingang

2.Sangku Tambak Hai Baguna
Inyarah Bentuk Balai Paseban Raja
Taharep Ulun Bakas Tabela
Manumun Peteh Ranying Hatalla

3.Sangku Jituh Basuang Behas
Pambelum Inyarah Dia Bara Tikas
Dengan Hatalla Ilaku Ka-abas
Hambaruan Salamat Bereng Barigas

4.Hetuh Itah Uras Manyaksi
Ranying Hatalla te Puna Ati
Biti Bereng Daha dan isi
Bakas Tabela Hatue Bawi

5.Hetuh Itah Manyarah Sangku
Panungkup Utus je Raja Bunu
Tutuh Kameluh je Limut Batu
Peteh Hajamban je Raja Uju

6.Hatalla Nangkilik Jatta Nanggera
Narui Peteh Sangga Tatamba
Nyalumpuk Sangku je Tambak Raja
Akan Kalunen Sahapus Dunia

7.Sangku Inyarah Tumun Peteh
Uka Itah Uras Je Menteng Ureh
Alu Utus Je Kue-Kueh
Bereng Barigas Kahaban Keleh

8.Itah Manyarah Dia Malayan
Dengan Hatalla Je Katamparan
Uka Manenga Nyalung Kaharingan
Inkes Intu Behas Hambaruan

9.Sangku Inyarah Intu Baun
Sangku Impunduk Je Melai Baun
Narai Ilaku Inenga Dinun
Tuah Rajaki Je Uras Atun

10.Sangku Inyarah Dengan Bagulung
Behas Imintih Bangkusan Timpung
Panyalumpuk Entang Penyang Hatampung
Sama Belum Tatau Manyambung
11.Sangku Inyarah Kalutuh Helu
Imapui Manyan Sangku Inggaru
Lampang Ewau Je Mangat Tutu
Mukei Kuasan Je Raja Uju

12.Hetuh Itah Sama Mite
Intu Bentuk Je Biti Are
Behas I-Intih Hariten Pire
Tanda Panenga Je Pasti Tege

13.Hetuh Itah Uras Mingat
Pasin Hatalla Batang Salamat
Aluh Narai Bewei Kahimat
Gawi Manjadi Hayak Imberkat

14.Pasin Hatalla Jadi Inarang
Cuba Irima Tuntang Ingumang
Bara Tamparae Sapanja-panjang
Ingandung Bahas Parei Nyangen Tingang

15.Hetuh Itah Uras Katawan
Bentuk Ungkup Utus Babuhan
Jalan Helu Tege Kalampangan
Janjin Hatalla Tatahian Huran

16.Majelis Kaharingan Jadi Imberkat
Ranying Hatalla je Mampaingat
Hetuh Utus Mamparahan Kabulat
Bereng Batuah Belum Salamat

17.Hajamban Jetuh Bulau Mandurut
Harantean Riwut Bahing Karungut
Peteh Nyai je Inai Mangut
Parit Balanga je Runjan Riwut

18.Balanga Bulau je Runjan Riwut
Turus Panatau je Inai Mangut
Muhun Pahayak Ambun Hadurut
Eweh je Tawa Tatau Basewut

19.Sarah Sangku Sampai Tuh Bewei
Basarah Penyang Je Hinje Simpei
Mamparahan Ampin Kabulat Atei
Kaharingan Belum Penyang Karuhei

20.Sangku Inyarah Dengan Hatalla
Kahimat Itah Bakas Tabela
Tuah Rajaki Atun Babala
Umur Panjang Belum Baguna

21.Hetuh Itah Basarah Bulat
Hinje Atei Tiruk Pampakat
Manintu Hatalla Uka Kahimat
Bereng Barigas Itah Salam



Kandayu Mantang Kayu Erang

Kandayu mantang kayu erang adalah sebuah kidung yang berisikan tentang perjalanan Banama Tingang mandulang Bulau Untung Taheseng Panjang (Memohon rezeki dan umur panjang) yang dilakukan oleh Raja Telu Hakanduang yaitu Raja Tunggul Garing Sanguman, Mantir mamaluhing Bungai dan Linga Rawing Tampun telun yang telah mendapat anugrah dari Raying Hatalla sehingga Raja Telu Hakanduang memeiliki sakti yang dapat memeberikan rezeki, umur panjang, sehat sejahtera kepada semua mahluk. Kandayu ini digunakan dalam persembahyangan (Basarah) Umum dan tidak untuk Basarah keluarga.

1.Atei Itah Halajur Mangganang
Maniruk Auh Te Sapanja-Panjang
Auh Lunas Jalan Malempang
Panamuei Randung Banama Tingang

3.Banama Tingang Dia Tiliang
Itah Samandiai Uras Mahining
Palus Inulak Auh Bataling
Raja Ngarangan Je Balai Mihing

5.Auh Kandayu Sasar Basikap
Banama Nahalau Ambun Tatilap
Panjungan Manjung Unuju Ancap
Lawang Haselan Kalawet Batatap

7.Tamuei Banama Paham Bagulung
Dia Nyarita Je Luwuk Tanjung
Banama Tingang Paparantung
Tende Lewu Bukit Ambun Bagantung

10.Gawin Mantir Uras jadi
Limbah balaku Ewen Nanjuri
Lumpat Banama Mengkak tali
Banama Haguet dia Balihi

11.Tamuei Banama dia Bambilit
Nanturung Tumbang je lawang Langit
Raja Tantilap je Utus Rihit
Asun Bulan Manjijit Huit

13.Ampin Tamuei Banama Bagulung
Tende Nyawau Rahan Timpung
Uluh Uras Rata Hatampung
Ungkup Babuhan Laut Mangantung

15.Banama Namuei Hararahan
Murik Tumbang Kasabahan
Burung Metu Macam Bakuyan
Lauk Bilis Ranying Manjuhan

17.Tende Banama je Kanjanjulu
Raja Mantir Mendeng balaku
Dengan Rajan Burung Metu
Takar Gantang Inenga Telu

19.Labehu Eka Tambun Baputi
Talagan Tuah Talagan Rajaki
Akan Gagenep Uluh je Ati
Bakas Tabela Hatue Bawi

21.Mantir Mendeng je Taragatang
Mahining Auh Kanderang Tingang
Harandue Raja Mambuka Lumpang
Sarangan Bulau Untung Panjang

23.Banama sampai Kaleka Lewu
Bua are macam baribu
Genep Batang Masak Manuru
Teras Sawang Salanja Sanselu

25.Bihis – Bihisa Tarantang Garu
Mimbit Tintue sama Baramu
Babaran Garing Karungan Metu
Manuk Bawui Lakang Buku

27.Raja Mantir Haguet Manyampan
Bahata Tambak Tuntang Panginan
Tuntang Balai Sarin Kambungan
Akan Likut Kaleka Batu Nindan

29.Lasang Dumah Hai Pahalendang
Mantir Mandui Salumpuk Entang
Intu Talagan Untung Panjang
Rajaki Tuah Tatau Sanang

31.Limbah Raja Mendeng Mujan
Salumpuk Mandui Nyalung Kaharingan
Teras Sawang Upah Ngaragan
Jamban Injijit Ihalalian

33.Panamuei Banama dia Kejau
Mahalau Tasik Rampang Matan Andau
Are Eka Ije Ihalau
Sampai Banama Ije Pulau

35.Murik Danum Barirai Parantung
Mahalau Lewu Bukit Batenkung
Buntut Nusa Kilat Lambayung
Tarusan Kumpang Tame Bagulung

37.Hangkalime Mantir Najuri Magun
Dengan Rawing Tempun Telun
Tinai Kameluh Tempun Tiaawun
Taluh Inggau Uras Atun Dinun

39.Tapuk Batang Danum Sangkalila
Danum Tatau Baranuha
Tengan Awi Ranying Hatalla
Tende Lewu Kasinta Raja

41.Bukit Sinta jadi Gawi
Banama Inulak Mujan Jadi
Murik Tarusan Nyalung Nantiri
Manyundau Tamparan Je Itah Ati

43.Murik Danum Simpei Karuhei
Danum Hasahep Penyang Karuhei
Lasang Timpung injam Bewei
Hapan Mantir Nangkaje Rawei

45.Banama Haguet Murik Laju
Eleh Tapuk Tasik Sangkalemu
Pahalendang Banama Bahalap Tutu
Raja Ngaragan Je Ewen Telu

47.Ampin Banama Jalanae Rangkah
Banama Tapuk Tasik Manuah
Sangomang Haluan Japan Tatah
Lampang Ije Kabawak Kandarah

49.Mahalau Bukit Are Tutu
Hakayu Penyang Karuhei Sangkalemu
Uju Bukit Ije Batantu
Banama Tende Laut Lewu

51.Panjalanan Banama Manamuei
Ije Inggau Tege Bewei
Bungai Langit Rajan Manyamei
Tende Bukit Tampung Karuhei

53.Banama Tulak Tame Tarusan
Tapuk Danum Letai Runjan
Panamuei Hindai Tau Malayan
Tame Banama Hasambau Rahan

55.Batulak Tinai Banama Manuju
Tarusan Bulau Sangkalemu
Panamuei Banama Paham Laju
Tapuk Tasik Mandalan Raja Telu

57.Raja Mantir Balaku Untung
Banama Palus Haguet Bagulung
Bulau Namburak Tarusan Nanturung
Tapuk Tasik Gandang NgarambangGarantung

59.Panamuei Banama je Jala-Jalan
Murik Tusan Garing Habusung Runjan
Palus Tapuk Tasik Handaran
Hayak Tende Intu Ije Rahan

61.Telu Raja Tunggal Sangomang
Palus Naturung Ije Pahalendang
Batang Garing Tau Nganderang
Mangku Amat Jaya Nyangiang

63.Panamuei Banama je Paham Panjang
Manyarahan Pantai Danum Sangiang
Mandulang Bulau Untung Panjang
Tapuk Tasik Jaleang Tingang

65. Panamuei Banama je Panju-Panjung
Telu Haramaung Pandulang Untung
Akan Itah Tatau Manyambung
Palus Tapuk Tasik Malambung

67.Haguet Banama Paparantung
Tamuei Raja Telu Paham Bagulung
Nyandar Batang Lunuk Bagantung
Tapuk Danum Nyalung Batengkung

69.Kagantung Gandang Sampai Jadi
Raja Telu Batatap Biti
Mingat Kasaktian Sapire Ije Ati
Ewen Telu Palus Mandai

71.Pakaian Uras Ihapan Jadi
Raja Telu Haguaet Mandai
Tisin Bulau Sinta Mani
Ie Mahapan Aran Raja Putar Tiki

73.Mendeng Hayak Raja Telu
Uras Manuju Upun Kayu
Erang Tingang Gambalang Nyahu
Tuntang Kayu Pampang Saribu

75.Timang Erang Saraba Jadi
Janjin Hatalla Lalus I-Awi
Pa-Intih Hatalla ije Mandai
Tikas Sangomang Ije Biti

77.Hete Sangomang Melai Bajanda
Duhung Inyilak Hapan Mambuka
Bungking Ranggang Gitae Huma
Eka Kameluh Anak Hatalla

79.Talagan Tuah Lampekung Rajaki
Uras Imekat tuntang Injawi
Kahimat mangat Tau Manjadi
Samandiai Maksud je Kurik Hai

81.Uras Muhun Raja Telu
Bara Kayu Gambalang Nyahu
Pusaka Baguna Rata Dinu
Kaharingan Belum Penyang Sangkalemu

83.Dengan Angking Ewen Balaku
Sapire Bewei Ije Tau
Supun Untung bulau Sangkalemu
Kare Tangkalasan je Bunu Hantu

85.Kagantung Gandang Sukup Gawi
Ilalus Raja Telu Biti
Mampandui Salumpuk Sapire je Ati
Mangat Batuah Belum Marajaki

87.Panamuei Banama Dia Kejau
Tapuk Batang Danum Banyahu Bulau
Hetuh Are Taluh Inyundau
Kayun Penyang Karuhei Tatau

89.Labehu Handalem Riam Hatuntung
Banama Tapuk Tasik Sari Gadung Untung
Tende Manjala Lauk Untung
Eweh Je Kumae Tatau Manyambung

91.Bukit Tanjung Sampai Jadi
Tende Ungkup Sawang Gawi
Uluh Are Panggil Barami
Banama Bajarat Imeteng Tali

93.Rata Jadi Gawi-Gawian
Masak Uras Bari Panginan
Panggil Are Biti Bakuyan
Uras Inyurung Tuntang Nyarungan

95.Ewen Mampendeng Batang Sawang
Bawin Sandah Je Nangkasiang
Kayun Karuhei Akan Karambang
Sirat Bulau Je Hakalingkang

97.Gawi Uras Jadi Sadia
Upun Sawang Jadi Inata
Bakam Nyalung Kaharingan Impalua
Tengan Awi Ranying Hatalla

99. Banama Masuh Danum Banyahu
Manyarurui Jalae Ije Helu
Supun Untung Are Ilaku
Inanjuri Kareh Je Sampai Lewu

101.Panamuei Randah Banama Buli
Sampai Eka Tempun Gawi
Palatar I-Uluh Injarat Tali
Tatambat Hila Lawin Kamburi

103.Andau Sawah Tarang Balawa
Kare Gawi Tinai Nampara
Rangkan Panginan Uras Impalua
Bara Balai Lambang Palangka

105. Panginan Uras Jadi Sadia
Piring Saling Akan Impalua
Bangkusan Timpung Uras Iriksa
Bungkar Puat Randung Banama

107.Raja Telu Hakanduang
Mameteng Manas Nelun Lamiang
Jamban Karuhei Untung Panjang
Panyalembang Untek Tuntang Panarang

109.Palempang Jalan Tikas Tuh Helu
Hajamban Riwut Bahing Kandayu
Insanan Awi Je Raja Uju
Akan PanungkupRaja Bunu

111.Mangat Itah Rata Katawan
Tamuei Banama Murik Jalayan
Jalanae Balaku Nyalung Kaharingan
Kayun Penyang Panatau Panuhan

113.Auh Malempang Kalutuh Bewei
Jamban Ikei Narui Parawei
Kakare Auh Keleh Inyimpei
Ihaga Irima Je Huang Atei
2.Banama Muat Paramun Gawi
Ije Mahi Dia Ati Balihi
Tarantang Garu Due Puluh Ije Biti
Puat Banama Je Sampan Jadi

4.Tulak Banama Kitar Gantau
Naharep Matan Je Andau Tumbu
Panamuei Banama Gulung Pahuru
Dengan Kakare Taluh Inggau

6.Manjung I-Urik Dia Narusan
Tende Balaku Sawang Kaharingan
Tihang Banama Murik Jalayan
Namuei Danum Tatau Nyahukan

8.Banama Tingang Palus Tende
Mantir Mantang Rahan Dare
Putir Santang Ewen Hanyahe
Rajan Kameluh Bawi Hatue

9.Mantir Mansanan Ampin Jalana
Untung Rajaki Inenga akae
Lilis Lamiang Hapan Manduae
Bakam Supu Hapa Nyarangae

12.Lawang Langit Haluan Banama
Jamban Sangiang Mantir Balua
Bukit Masuluh Bintap Tantawa
Tende Lewu Bukit Tambak Raja

14.Handue Raja Mantir Nanjuri
Rahan Timpung Nyai Siti
Umur Panjang Tuah Rajaki
Banama Batulak Rahui Ngamburi

16.Panamuei Banama Dia Panjang
Murik Pantai Danum Sangiang
Raja Tatau Labih Sanang
Mina Bulau Telu Karung Kajang

18.Banama Namuei hai Pahalendang
Mantir Mandulang Untung Panjang
Murik Pantai Danum Sangiang
Sampai Tumbang Hulang Hagandang

20.Tamuei Nyandar Randung Banama
Mamuat Balai Lambang Palangka
Eleh Hakanderang jadi Hakaja
Dengan Panatau Tingang Rangga

22.Banama Miar Jala-jalan
Murik Batang Danum Jalayan
Pahalendang Lewu Palus Gitan
Bagare Kaleka Batu Nindan

24.Mantir Marentah Tarantang Garu
Lumpat Tame Huma Ungku
Sapala Namuei Uras Ilaku
Behas Jite Ije paham perlu

26.Bagantung Banama Tende Batahan
Manunggu Masak Bari Panginan
Teras Sawang Entang Pakanan
Ganan Luyang Bawin Balian

28.Raja Dumah Puat Sadia
Uluh Lewu Kaleka Due Umba
Babaran Garing Imuat Kea
Ampar Dulang Lantai Parada

30.Mantir Dumah Mendeng Najuri
Lewu Tamparan Ulun Tuh Ati
Rajan Kameluh Putir Nyai
Raja Uju Basakati

32.Banama Tulak Ampin Jadi
Batu Nindan Jadi I-Ilihi
Hayak Auh Paham Karami
Tapuk Tasik Ngantung Santagi

34.Hining Itah Bara Bahut
Kinjap Uluh Tau Manyewut
Banama Namuei Dia Baliut
Jete Bagare Pulau Karungut

36.Banama Tapuk Danum Jalayan
Batang Danum Menteng Bajaman
Bukit Sua Tintun Haluan
Tende Banama Tikap Malayan

38.Jadi Inanjuri Haguet Banama
Rawing Tempun Telun Mahin Umba
Murik Nalatai Lewun Raja
Tarusan Pahuru Barantai Ihuru Kea

40.Sampai Bukit Sinta Kasambuyan
Mantir Lumpat Rahan Runjan
Panamuei Jalanae Uras Insanan
Sangumang Lentar Rata katawan

42.Panamuei Banama kejau ingguang
Tapuk Tasik Riak Mihing Sambang
Sampai Manelak Baner Sangkuang
Simpei Karuhei Kaleka Huang

44.Dumah Mantir Nyampan Jalanae
Supun untung Lamiang Induae
Entang Tingang Tintun Tujuae
Bakan Batu Uka Nyarangae

46.Haluan Banama Sangumang Bahut
Ie Manelak Rasau Kaput
Hayak Tarusan Ambun Hadurut
Tatau Nyahukan Tasik Basewut

48.Pantar Nyalung Bukit Batu jadi Gitan
Raja Telu Uras jadi Katawan
Nutung Garu Mapui Manyan
Murik Batang Danum Bapantis Runjan

50.Bukit Uju Bara Tinggang
Banama Tende Huang Laut Batang
Mantir Balua Jamban Ingancang
Menarui Jalanae Banama Tingang

52.Bara Hete Banama Batulak
Limbah Dinun Kare Kahandak
Dengan Bapae Raja Hakutak
Indue Inyundau Tamparan Sulak

54.Rahan Kameluh Indu Hyai Inai Mangut
Nyai Mahaga Runjan Riwut
Eweh Sundau Tatau Basewut
Sandik Karuhei Penyang Sambalut

56.Bukit Linda Bulau Eka Tende
Mantir Lumpat Rahan Dare
Nyai Kameluh Uras Tege
Uluh Danum Karimui Kampeleng Hete

58.Banama Dimpah Dia Bambilit
Nanturung Danum Hintan Natimbung Langit
Gadung Gasa Balai Masigit
Upun Garing Tungket Langit

60.Tulak Banama Tinai Bajalan
Limbah Jadi Maja Ije Rahan
Tame Tinai Ije Tarusan
Tapuk Tasik Kaharingan

62.Uras Jadi Taluh Ilaku
Batulak Tinai Raja Telu
Limbah Manyundau Tingang Tatu
Murik Danum Nyalung Marakunju

64.Banama Namuei Jajalan Kejau
Supun Untung Are Inyundau
Benang Entang Kandarah Bulau
Tapuk Tasik Pawah Bulan

66.Dimpah Tasik Malambung Bulau
Gitan Pahalendang Ije Pulau
Jamparan Banama Dia Ihalau
Tende Manduan Kare Panatau

68.Raja Telu Ewen Hakanduang
Banama Narusan Salat Sawang
Danum Mendeng Nantimbung Langit Ije Ingguang
Tende Bukit Bulau Kagantung Gandang

70.Mendeng Raja Tunggal Sangomang
Lumpat Lewu Bukit Kagantung Gandang
Pakaian Sukup Batun Penyang
Duhung Hintan Intu Kahang

72.Mangkepan Tisin Sinta Mani
Kayu Erang Palus Indai
Tamparan Samandiai Uras Ati
Uka Kare Gawi Uras Tau Manjadi

74.Ampin Raja Tunggal Sangomang
Sampai Upun Kayu Erang
Hete Raja Mendeng Manimang
Tempun Gawi je Tatau Sanang

76.Tungking Langit Palus Mandai
Kayu Erang Sulak Ati
Batang Erang Kayu Sakti
Edae Bungking je Sapan Jadi

78.Kameluh Bulan Bawin Jatta
Kameluh Anak Ranying Hatalla
Supun Untung Ilaku Raja
Nyalung Kaharingan Induae Kia

80.Taluh Handiai Uras Dinun
Ampin Raja Handak Muhun
Utus Rihit Tilap Manurun
Tukep Sampai je baner Upun

82.Raja Telu Hakanduang
Limbah Mandai Mantar Pinang
Manyundau Raja Angking Penyang
Tuntang Kameluh Putir Selung Tamanang

84.Ngantung Gandang Sukup Gawi
Raja Mantir Mendeng Nanjuri
Hakaliling Sapire je Ati
Rajan Kameluh Pire-pire Biti

86.Tulak Banama Bara Lewu Bukit
Jarat I-Engkak Palantar Injijit
Supun Untung Uras Imbit
Danum Mendeng Nantimbung Langit

88.Ayun Balai Sarin Kambungan
Mangat Tatau Uras Katawan
Panamuei Banama Murik Jalayan
Mimbit Salumpuk Entang Bakawan

90.Haguet Banama Murik Harantean
Ungkup Sawang Sapire Je Gitan
Raja Telu Namuei Kabajuran
Bukit Tanjung Eka Tujuan

92.Hetuh Banama Ba-Ungkar Puat
Lakang buku Impalumpat
Indang Salangking Apang Salamat
Bagawi Karas Atei Bahimat

94.Limbah Ngantihan Hapantar Pinang
Sama Ngantung Tulang Batekang
Telu Raja Hakanduang
Ewen Mimbul Batang Sawang

96.Sadia Jadi Gawin Karambang
Telu Raja Mendeng Mangkang
Batang Sawang Palus Inimang
Tempun Gawi Je Tatau Sanang

98.Limbah Jite Panggil Bakarak
Buli Ekae Tintun Kahandak
Kilau Ampin Ampah Bakarak
Banama Tingang Handak Batulak

100.Pambulin Banama Paham bagulung
Tapuk Tumbang panjungan Manjung
Palus Masuh Paparantung
Tilap Ambun Lepah Nanjung

102.Banama Tingang Jadi Dumah
Mimbit Untung Rajaki Tuah
Karuhei Tatau Penyang Panyampah
Tampalawei Andau Je Durut Sawah

104.Matan Andau Jadi Gantung
Raja Nanjuri Supun Untung
Kayun Karuhei Penyang Hatampung
Bara Ngambu Tasik Malambung

106.Baungkar Puat Banama Tingang
Behas Timbuk Malabien Gantang
Bulau Singah Malabien Timbang
Depen Uei Hanjuju Gawang

108.Buwur Behas Hambaruan Rata Jadi
I-Hantuk Imalas Hayak Inyaki
Hampatung Tuah Dengan Rajaki
Kahapus Hakekat Niat Gawi

110.Kalutuh Auh Jalan Malempang
Nyarita Tamuei Banama Tingang
Ije Ngaragae Raja Tunggal Sangomang
Manalih Batang Kayu Erang Tingang

112.Uras Sukup Taluh Indinu
Awi Raja Ewen Telu
Lepah Inanjuri Kalutuh Helu
Kayun Penyang Je Sangkalemu

114.Jalan Malempang Tende Helu
Tende Kia Riwut Kandayu
Mahapan Kandayu Rawei Balemu
Basarah Akan Hatalla Ngambu


Kandayu Parawei

Kandayu parawei adalah kidung yang berisikan sabda dari Raying Hatalla Langit yang berbentuk nasehat- nasehat yang dapat menguatkan iman Umat Hindu.

1.Nyahu Hai Paham Bataling.
Marawei Utus Uluh Kaliling
Kilau Pahiau Suling Gariding
Nasa Kaharingan Balai Mihing

3.Batengkung Hiau Nyahu Hai
Marawei Utus Dia Suali
Murik Tarusan Nyalung Nantiri
Manyundau Tamparae Je Itah Ati

5.Langit Petak Jadi Balawa
Ulun Kalunen Jadi Inampa
Taluh Handiai Saraba Injapa
Kalute Sulak Gawin Hatalla

7.Nyahu Hai Ayun Hakumbang
Hayak Kilat Je Paham Panjang
Bara Bukit Kangantung Gandang
Balua Tahanjungan Je Kayu Erang

9.Auh Nyahu Kilat Batantu
Manyarurui Tamparan Talu Helu
Inyaksi Indehen Raja Uju
Kaharingan Marawei Dia Balemu

11.Kilat Panjang Nyahu Hakumbang
Balua Bukit Nganderang Tingang
Raja Uju Ewen Hakanduang
Kaharingan Nyarurui Ela layang

13.Kilat Panjang Nyahu Ngaruntung
Riwut Marawei Penyang Hatampung
Sama Mananggar Gantang Untung
Ulun Uras Tatau Manyambung

15.Auh Palempang Baguna Tutu
Akan Utus Je Raja Bunu
Tutuh Kameluh Balimut Batu
Peteh Muhun Je Bara Ngambu
2.Kilat Panjang Nyahu Batengkung
Nyahu Marawei Utus Bagulung
Tegah Uap Je Gadung Untung
Dimpah Rahusan Tasik Malambung

4.Metuh Kaput Je Dia Gitan
Hatalla Manyewut Auh Tamparan
Hamauh Manyewut Intan Kaharingan
Kaput Hapisah Palus Sabahan

6.Peteh Mandehen Ranying Hatalla
Dengan Kalunen Ije Inampa
Nyuang Petak Nguntep Dunia
Ela Manggawi Taluh Je Papa

8.Nyahu Hai Kilat Balawa
Auh Peteh Ranying Hatalla
Kaharingan Tatap Dehen Ihaga
Sampai Petak Langit Inaheta

10.Nyahu Hai Kilat Balawa
Jamban Peteh Ranying Hatalla
Mamparendeng Itah Ela Laya
Kaharingan Jete Jalan Balawa

12.Ujan Labat Kilat Hanyahu
Kaharingan Jalan Tanduhan Helu
Peteh Hatalla Dia Balemu
Marawei Utus Je Raja Bunu

14.Kalute Kapaham Auh Parawei
Balaku PenyangHinje Simpei
Inyimpei Indehen Huang Atei
Murik Tarusan Balawang Karuhei

16.Auh Parawei Tikas Tuh Helu
Hajamban Riwut Rawei Kandayu
Manyarurui Peteh Hatalla Ngambu
Panjanjuri Paseban Hulu Banyahu

17.Ampin Pasin Ranying Hatalla
Akan Itah Sahapus Dunia
Balai Kaharingan Tege Inampa
Jamban Manyimpei Peteh Hatalla


Kandayu Mambuwur Behas Hambaruan

Kandayu mambuwur behas hambaruan dinyanyikan untuk mengiringi petugas membagikan behas hambaruan kepada semua peserta basarah. Mengoles telur ayam dan meneteskan undus (minyak kelapa) serta memercikan air tampung tawar. Bersamaan dengan itu pula peserta Basarah menerima anugerah dari Ranying Hatalla Langit yang telah dimohonkan dalam pelaksanaan Basarah (persembahyangan).
Kandayu ini terdiri dari tujuh ayat yang disesuaikan dengan jumlah beras hambaruan dalam satu bungkusan timpung yang berjumlah tujuh butir, dengan maksud sesuai denag Ranying Hatalla Langit yang disebut Raja Uju Hakanduang, Kanaruhan Hanya Basakati untuk menyampaikan anugerahnya kepada seluruh peserta Basarah. Kandayu ini dapat diulang – ulang sesuai keperluan sampai pelaksanaan Mambuwur Behas Hambaruan. Lirik Kandayu tersebut berisikan harapan dan do’a restu yang telah dianugerahi Ranying Hatalla Langit agar dapat menyatu dan dapat berguna didalam kehidupan. Kandayu Mambuwur Behas hambaruan ini hendaknya diikuti dengan sungguh – sungguh dan hikmat, sebagaimana dalam ayat kandayu dibawah ini.

1. Uajan – ujan aseng panjang
Sambalut simpei bambang penyang
Mandehen bulau untung panjang
Namburak rabia nyaman tuyang

2. Nasaki dahan/tanteluh manuk darung tingang
Batambang untung aseng panjang
Bereng barigas belum tatau sanang
Batarung pulu lampang hagatang

3. Mamantis nyalung kaharingan
Akan entang tingang mangawan
Utus Raja Bunu te huran
Manyelem behas hambaruan

4. Nanjuri-ku bangkang haselan tingang
Batu junjun karepurun entang
Malisen bara peres panganduang
Sama rata baumur panjang

5. Kuruk bulau hambaruan
Sambalut nyalung kaharingan
Balasang kandayu iye nyawanan
Tumun peteh tingang tatu huran

6. Sama kanuah anak jatha lampang
Manasa pandung je balau panjang
Hajamban kandayu je kayu erang
Nanjak-ku bukit uju hanya hajenjang

7. Nutuh bulau pungkal raja
Hajamban peteh Ranying Hatalla
Bawi hatue bakas tabela
Kurik hai dia imbeda